Pertanian padi di Indonesia, dianggap kalah saing dengan sejumlah negara di Asia lainnya, seperti Taiwan dan Vietnam. Dengan tanah yang 10 persen kesuburannnya ada di Jawa Barat, sejauh ini belum mampu memproduksi hasil-hasil pertanian lebih besar dibanding negara lainnya. 

Disela-sela menghadiri rembug tani DPP PKS di Kecamatan Lemahabang Karawang, Selasa (29/9), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, ada 2,4 juta lahan pertanian di Jawa Barat, bahkan menurut kajian, 10 persen tanah dengan tingkat kesuburan tertinggi di dunia ada di Jawa Barat. Namun, di banding Taiwan yang kesuburan tanahnya lebih rendah dari Jawa Barat, mereka justru lebih mampu menghasilkan produktivitas pertanian lebih besar dibanding Indonesia. Penyebabnya sebut Emil, adalah karena metode tanam di Kita masih belum optimal, karena cara-cara konvensional masih mendominasi di sektor pertanian Jawa Barat. 

Gubernur Jawa Barat Bersama DPP PKS dan Bupati Karawang Saat Panen Raya di Kecamatan Lemahabang

"Kita lebih subur tanahnya dari negara lain, tapi produksi kita kalah dari mereka. Ternyata metode tanam kita yang masih belum optimal, " Ungkapnya. 

Emil menambahkan, selain berharap agar alih fungsi lahan lebih tertib, dirinya juga berharap impor-impor pangan bisa di minimalisir. Karena, selain produksi, Kuta juga harus memikirkan kesejahteraan para petani. Di Cianjur, Garut dan Cimahi, ditemukan teknologi terbarukan, di daerah percobaan itu gabah sudah sukses berproduksi 11,5 ton perhektar, di Karawang sendiri, sebutnya dengan cara konvensional saja mampu menghasilkan 8 ton, apalagi kalau menggunakan metode teknologi ini. Ia pastikan kedepan, kesuksesan di tiga kabupaten itu bisa transfer teknologi ke petani di Karawang.

"di Jabar ini, dengan konvensional saja kita surplus 1,2 juta ton, apalagi lewat teknologi, semoga kedepan bisa transfer ilmunya, " Ujarnya.

Ia menambahkan, mewujudkan pertanian yang maju itu, Pemprov ingin anak muda kedepan semakin banyak di cetak jadi petani milenial, cinta desa dan pertanian, pihaknya sudah launching petani milenial dengan moto tinggal di desa rejeki kota. Jadi bagaimana nanti mereka bisa menggunakan digitalisasi di produksi pertanian, perikanan dan lainnya seperti fish finder di sektor perikanan..

"Nah adaptasi Jabar gunakan digital ini, merupakan komitmen agar pangan jadi the new ekonomi dan pangan diharapkan jadi kebanggaan Jabar, " Ujarnya. (Rd)