Imas Kustiari, Guru honorer K2 asal SDN Wancimekar 1 Kecamatan Kotabaru bermimpi diangkat menjadi CPNS belasan tahun. Guru sepuh 53 tahun yang mengabdi mencerdaskan anak-anak SD sejak 2004 lalu itu, kini sudah tak lagi muda, namun semangat mendapatkan status dan pengakuan dari negara, terus semangat dia perjuangkan. Selain selalu aktif dan update dalam nafas organisasi Forum Honorer Kategori 2, Imas juga aktif di organisasi keprofesian guru.

Namun, dia kini sudah lunglai berjalan normal seperti biasa, karena terserang penyakit stroke beberapa tahun terakhir mengharuskannya melangkah dengan ditopang tongkat, bahkan di bopong berjalan.

Tapi baginya, sakit yang ia derita itu bukan jadi halangan untuk absen dari pelaksanaan test SKD PPPK yang tahun ini di gelar bersama para honorer muda lainnya, betapapun harus berjalan di papah, ditopang tongkat, di bopong dan berhadapan dengan komputerisasi di SMAN 3 Karawang, tak menyurutkan semangat guru sepuh kelahiran 23 Januari 1968 tersebut.

Imas Kustiani, Honorer K2 berusia 53 tahun yang terkena stroke asal SDN Wancimekar 1 Semangat Ikuti seleksi SKD PPPK Guru

"Saya Imas Kustiari, guru SDN Wancimekar 1 Kotabaru kelahiran 23 Januari 1968, sudah mengajar sejak 2004 dan sampai sekarang belum diangkat baik CPNS maupun PPPK. Dulu dirinya tidak sakit, sekarang kondisinya seperti ini tetap terus berjuang dari dulu tak pernah berubah. Saya memohon doa kepada semuanya agar bisa lolos di PPPK, kesempatan yang ia harapkan dari dulu, " Kata Imas dengan terbata-bata saat videonya viral di internal guru Honorer ketika ikuti seleksi SKD di SMAN 3 Karawang, (16/9).


Sekretaris FHK21 Karawang, Novi Purnama mengatakan, Ibu Imas Kustiari merupakan contoh atau model guru pejuang sejati yang sedari dulu berharap pengakuan negara. Ketika kebijakan CPNS tak didapatinya karena alasan usia tanpa pertimbangan masa kerja, dia memanfaatkan kesempatan seleksi PPPK di usianya yang sudah tak lagi muda. Bahkan, ditengah sakit darah tinggi hingga stroke sekalipun, dia terus berjuang dan membuat haru semuanya, padahal kesempatan menjadi PPPK yang dia emban, hanya beberapa tahun saja jelang masa pensiun.

"Kami berharap, perjuangan para guru honorer sepuh dengan masa kerja yang lawas, bisa jadi prioritas pemerintah, tidak menyulitkan dan memberikan pertimbangan lainnya yang berpihak. Dia ikut tes juga Allahumma Paksakeun, karena semangat, " Pungkasnya. (Rd)