Baru-baru ini viral di sosial media, kasus pencabulan belasan santriwati di Kota Bandung, ternyata banyak korban asal Garut.

Kasus pencabulan santriwati yang masih dikategorikan anak di bawah umur oleh pimpinan pondok pesantren, menggemparkan jagat maya.

Ternyata, dari belasan santriwati yang jadi korban, kebanyakan merupakan warga asal Kota Garut, Jawa Barat.

Ketua P2TP2A Garut, Diah Kurniasari Gunawan(tengah) membeberkan hasil pendampingan terhadap korban pencabulan.

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Garut, Diah Kurniasari Gunawan membenarkan bahwa banyak warga Garut yang menjadi korban pencabulan predator seksual tersebut.

"Memang kejadian ini, anak-anak yang mendapat musibah ini anak-anak di Garut, dari dua Kecamatan di Garut," ungkap Diah saat ditemui di Kantor P2TP2A di Jalan Patriot Garut, Kamis 9 Desember 2021.

Diah mengungkapkan jika santriwati asal Garut yang menjadi korban predator seksual tersebut telah lama belajar di pesantren tersebut, seperti dikutip dari Jurnal Garut

"Jadi kronologisnya mereka, karena mereka belajar, apalagi kurun waktunya memang dari 2016 sampai 2021, sampe kemarin di waktu Mei ini terbongkar semua," ujarnya.

Dari belasan korban pencabulan tersebut, 8 korban asal Garut tersebut telah melahirkan anak.

"Semua ada 8 dari kita, bahkan 1 ada yang melahirkan dua anak," ucap Diah.

Diah juga mengungkapkan jika modus sekolah gratis membuat para korban tertarik untuk belajar di tempat pelaku.

"Sebenarnya mereka sekolah disana juga karena gratis, jadi mereka banyak bertalian saudara atu keluarga yang mangajak, dan inilah awalnya," tutur Diah. ***