Komisi IX DPR RI sedang mengupayakan seluruh tenaga kesehatan (nakes) honorer, termasuk bidan dan perawat, diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).
Konferensi pers peluncuran aplikasi Bubidan di Solo, Sabtu (8/1)

"Saat ini, panitia kerja (panja) nakes honorer yang dibentuk DPR RI Komisi IX sedang menyelesaikan data nakes honorer secara nasional. Kami targetkan tahun ini klir biar nakes honorer bisa segera diangkat. Kalau terlalu lama, 2023 atau 2024, waktunya habis. Kan pengangkatan sering kali bertahap," ujar anggota DPR RI Komisi IX, Edy Wuryanto, seusai peluncuran aplikasi Bubidan di Swiss-Belhotel, Solo, Sabtu (8/1) petang.

Edy mengaku belum mengetahui jumlah bidan dan perawat secara nasional. Pihaknya akan bekerja sama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) plus Kementerian Kesehatan serta Kementerian Dalam Negeri.

"Kami mengimbau IBI Jawa Tengah terus mendorong dari akar rumput, termasuk segera mendata jumlah bidan di Jawa Tengah," katanya.

Dalam laman berita Merdeka menuliskan, selain itu, Komisi IX akan juga akan terus berkomunikasi dengan pemerintah melalui panja nakes honorer, terutama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Panja nakes honorer, lanjut dia, terbentuk tahun 2021 dan mulai sidang akhir tahun dan dilanjutkan awal tahun ini. Salah satu agendanya adalah menyelesaikan masalah nakes honorer di seluruh Indonesia.

"Problemnya, hampir sama dengan Guru Tidak Tetap (GTT) yang dapat formasi khusus dari Menpan," katanya.

Perlu Data Nakes Honorer

Edy menyebut GTT berjuang meraih status P3K cukup lama dan berhasil memenuhi harapan itu pada 2021. Kondisi yang sama dialami nakes honorer. Saat ini, bidan dan perawat honorer tercatat di pemerintah daerah kabupaten dan provinsi. Kondisi ini wajib diselesaikan pemerintah pusat.

"Komunikasi antara Mendagri, Menkes, Menpan, dan Menkeu dibutuhkan agar ada formasi khusus bagi nakes honorer. Berapa jumlahnya nanti perlu didata. Nah, ini yang masih belum klir datanya. Jawa Tengah ada sekitar 3.900 bidan honorer dan 7.500 perawat honorer. Nanti akan ditabulasi secara nasional berapa nakes honorer itu," terang dia.

Menurut Edy, data itu yang perlu segera diselesaikan panja nakes honorer Komisi IX untuk dimintakan alokasi khusus dari Menpan. Nantinya, proses seleksinya afirmasi seperti GTT alias tidak melalui Badan Kepegawaian Negara (BKN), tetapi melalui Menkes.

"Agar nakes yang selama ini menjadi ujung tombak pelayanan Covid-19 itu memperoleh manfaat. Dan memang mereka ini tenaga yang strategis, termasuk bidan, tapi posisi mereka honorer. Jadi negara harus konsekuen dengan tenaga fungsional yang strategis. Ini harus diberi solusi khusus untuk mereka yang honorer, paling tidak P3K," tandasnya.

Ketua IBI Jawa Tengah Sumarsih menambahkan selain mendata jumlah bidan honorer, pihaknya juga fokus terhadap penanganan stunting. Tercatat sebanyak 27.391 bidang di Jawa Tengah yang menjadi bidan pendamping keluarga.

"Kami upayakan data bidan honorer akan tercantum di aplikasi Bu Bidan. Agar datanya update, sehingga membantu panja nakes honorer menyelesaikan data yang dibutuhkan," katanya.

Peluncuran Aplikasi Bubidan

Salah satu Founder PT Weltek Healthin Indonesia yang ikut memperjuangkan bidan di Indonesia, Ade Iis Mulyaningsih mengemukakan 62 persen bayi di tanah air lahir ditangani oleh bidan. Pihaknya mengidentifikasi ada dua permasalahan besar untuk membuat bidan lebih berdaya.

"Yang pertama masalah edukasi. Lalu yang kedua masalah distribusi," ucapnya.

Masalah edukasi, kata dia, terkait sebaran bidan. Bidan kesulitan meningkatkan kompetensinya, karena lokasi yang jauh dan terpencil.

Kemudian masalah distribusi, para bidan di lokasi terpencil kesulitan untuk mendapatkan obat-obatan dan alat kesehatan untuk menangani para pasiennya.

"Aplikasi Bubidan ini kami buat untuk membantu bidan-bidan dalam melaksanakan tugasnya secara terintegrasi," terangnya.

Pihaknya bekerja sama dengan IBI untuk memastikan bahwa inovasi yang dihadirkan bisa bermanfaat untuk seluruh bidan di Indonesia. Aplikasi tersebut juga diharapkan menyentuh langsung para bidan.

"Harapan kami dengan aplikasi Bubidan ini para bidan di Indonesia akan lebih berdaya," pungkas Ade.(***)