Ada pemandangan menarik usai rapat paripurna DPRD Karawang Senin siang (28/3/2022). Pasalnya, Kepala Sekolah bersama siswa SMK PGRI Telagasari, di berikan kesempatan "demo" mempresentasikan hasil karya Teknologi Tepat Guna (TTG) berupa alat pembakar sampah berbahan bakar air yang akan di pertandingkan tingkat nasional sekitar Juni tahun ini. Alat yang di namai mesin Sampah Sakeur Daur Ulang (SakeurDalang) tersebut, di ungkap proses dan perakitannya di hadapan puluhan Anggota DPRD dan Bupati Karawang dr Cellica Nurachadiana, bahkan demo alat SakeurDalang ini, menjadi perhatian khusus Asda 2 Samsuri, Kepala Dinas LHK Wawan Setiawan, dan beberapa anggota DPRD seperti Natala Sumedha, Ir Teddy Luthfiana dan Ahmad Dasuki di halaman gedung paripurna. 

Siswa SMK PGRI Telagasari Saat Persentasekan Mesin Pembakar Sampah Berbahan Bakar Air kepada Pejabat Pemkab dan DPRD Karawang


Kepala SMK PGRI Telagasari, H Yan Yan Sopyan ST mengungkapkan, berangkat dari keprihatinan semakin maraknya tumpukan sampah di fasilas umum seperti pinggiran jalan, membuat pihaknya berinovasi menciptakan alat pengurai sampah hemat energi dan mempercepat pengurangan sekitar 10 menit lewat bahan bakar air, minyak jelantah dan oli bekas. Ia yakin, pemerintah banyak upaya memecahkan persoalan sampah termasuk membuka TPST. Tapi faktanya sampai sekarang, sampah di berbagai pelosok bukan malah tertangani, tapi justru semakin banyak. Karenanya, lewat alat incinerator berbahan bakar air ini, di buat untuk mengurai sampah kering maupun basah, bahkan sekelas pampes sekalipun yang sulit terurai. 


"Banyak sampah di lingkungan kita, SMK PGRI melatarbelakangi persoalan itu dengan gagasan dan ide menciptakan alat bagaimana sampah ini bisa cepat terurai, bahkan bisa terdaur ulang menjadi kompos, " Ujarnya. 


Siswa SMK PGRI Telagasari Saat Persentasekan Mesin Pembakar Sampah Berbahan Bakar Air kepada Pejabat Pemkab dan DPRD Karawang

Yanyan menambahkan, komponen dari alat yang akan di perlombakan ke tingkat nasional ini, terdiri dari Incinerator, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pencacah sampah yang saat ini kita buat untuk kapasitas 50 kilogram. 

"Sebagai pendorong api, tidak mengandalkan tenaga listriknya, tapi tenaga uap air, " Ujarnya.

Lewat tangan-tangan kreatif siswa Teknik Permesinan dan Pengelasan, alat dengan material besi berdiameter 60 itu, mampu menghasilkan api panas dengan tekanan uap air yang di pancing lewat tungku yang sudah di campuri oli bekas dan atau minyak jelantah. Bahkan, hasil karyanya itu, masuk 25 nominasi nasional dan siap berpartisipasi dalam ajang Toyota Eco Youth ke 12 Tahun 2022 pada Maret lalu.

"Ini harus di kembangkan, bahkan jika beberapa koreksi bisa di wujudkan seperti suhu panas yang stabil dan penyempurnaan lainnya, alat ini bisa di manfaatkan untuk masyarakat dari anggaran Pokok - pokok pikiran (Pokir) DPRD, bisa tiap desa 1 unit, " Kata Anggota DPRD Karawang Natala Sumedha.

Sementara Kepala Dinas LHK Karawang Wawan Setiawan mengatakan, selain Eco Enzyme yang menjadi perhatian, alat penanggulangan sampah hasil karya SMK PGRI Telagasari ini kami pertimbangkan. Selain harus di tambah proses uji, rencana menjadi wakil Karawang dan Jabar ke tingkat Nasional untuk mesin Sakeur Dalang ini, sangat ia apresiasi dan siap untuk pengembangannya.

"Nanti kalau juara nasional, ayo datang ke kantor LHK, kita harus dorong dan kembangkan lebih lanjut, " Ujarnya.

Wakasek Kesiswaan SMK PGRI Telagasari Kiki Indraputri S.pd sebelumnya mengatakan, karya mesin sakeurdalang ini sudah di sosialisasikan di Bandung. Mesin ini, bukan saja siap menampung jenis sampah yang tidak bisa di daur ulang, tetapi juga bisa memanaskan sampah jenis organik menjadi pupuk organik kering. Sehingga saat sosialisasi, target awalnya adalah mesin pengolah sampah, tetapi justru diminati jadi alternatif kompor pengolahan untuk produsen tahu tempe yang memiliki kapasitas besar

"Iya, mesin pengolah sampah dengan pembakaran melalui uap air ini sekarang masuk 25 nominasi nasional dan siap berpartisipasi di Toyota Eco Youth ke 12 yang di gelar Maret ini, "  Ungkapnya.

Api yang besar karena adanya tekanan uap air ini di hasilkan, sebut Kiki, merupakan hasil modifikasi alat dan medianya. Selain tabung berdiameter 60, media penyerta juga harus disiapkan seperti air, oli bekas dan atau jelantah. Adapun rinciannya, sebut Kiki, dalam durasi sekitar 45 menit, tabung berdiameter 60 itu di isi air sekitar 600 mili, kemudian tungkunya di isi oli bekas sekitar 500 Mili atau juga bisa dengan minyak jelantah, namun demikian bisa ditambahkan sedikit spirtus atau bahan bakar dengan berbanding 4:1 dari oli atau jelantah. Hanya saja, setiap takaran itu, selama proses pembakarannya tetap harus terus termonitor, baik takaran air maupun media lainnya seperti oli di tungkunya.

Karena panas, sambung Kiki, air ini jadi uap dan menekan hingga apinya besar. Air yang jadi uap itu nampak seperti blower yang sambungan lainnya lagi, bisa untuk menetralisir asapnya, seperti penyaringan asap" Ungkapnya.

Pesan dari karya mesin Sakeurdalang ini sambung Kiki, adalah mengedukasi masyarakat setidaknya mengurangi atau memininalisir beban urusan volume sampah, bahkan lebih dalamnya, bisa memilah mana sampah organik, sampah non organik dan sampah yang tidak bisa di daur ulang, karena lewat alat ini, ketiganya bisa digarap lewat pengolahan yang bisa bermanfaat, baik peleburan pembakaran dengan ampas rendah dan tidak mengganggu kesuburan tanah, maupun untuk pupuk organik kering, bahkan bisa menjadi alternatif kompor untuk usaha-usaha masyarakat seperti produksi tahu - tempe.

"Penting memilih jenis sampah, insha Allah bukan saja kita karyakan tetapi di terapkan di sekolah, dan sukur-sukur bisa menjawab kebutuhan masyarakat, " Ungkapnya. (Rd)