Tidak hanya dikenal kota santri, Purwakarta dikenal kota penghapal Al-Qur'an dapat menelurkan puluhan orang yang akan ikut menghafal Al-Qur’an dan mengamalkannya selama ngabuburit di bulan Ramadan.

Foto : Kegiatan ngabuburit di Purwakarta

Kegiatan ngabuburit tidak hanya inspiratif dari sisi metode menghafalkan Al-Qur'an, tapi juga bisa menginspirasi melalui proses kreatif, metode ini bisa menular ke lebih banyak, dan peserta tetap menggunakan protokol kesehatan.



Ketua Yayasan Nusa Bakti Sadaya, H. Zaenal Arifin menjelaskan metode Asqolan diselenggarakan di Masjid Al-'Ala, SD IT Al-Bina Purwakarta dengan tagline diambil menuju hafiz mutqin karena selama pelatihan tidak ada masyarakat Purwakarta yang merasa tertekan dan hafalan Al-Qur’an yang didapatkan mutqin (menempel kuat).

Metode asqolan menurut Ustadz Solehudin, Lc adalah berasal dari salah satu wilayah dekat kota Gaza di Palestina terinspirasi dari kaum muslimin Darul Qur’an wa Sunnah dari Syeikh Abu Loay Abu Ahmad dengan mazhab Syafi'i yang terkemuka.

Purwakarta menjadi adalah satu kota santri dengan memiliki kontribusi mempelajari metode asqolan dalam pelatihan menghafal Al-Quran ini diselengarakan oleh Yayasan Nusa Bakti Sadaya dan Pondok Qur'an Bandung, ulama paling dikenal Orang Purwakarta yaitu Ibnu Hajar al-'Asqolani sebagai pembuat kitab Fathul Bari.

Metode asqolan ini, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafal sesuai dengan kemampuan menghafal orang Purwakarta sambil membayangkan seolah-olah menyetorkan hafalan kehadapan Nabi Muhammad, Malaikat, dan Allah SWT.

Momen bersejarah untuk pertama kalinya bagi masyarakat Purwakarta selama ngabuburit dengan jumlah hafalan yang  mutqin (menempel kuat) melalui pelatihan tahfiz metode asqolan hingga buka puasa bersama. (rls)