Harga gabah di tingkat petani yang berada di kisaran Rp4,0-4,5 ribu per GKP, nyatanya masih belum sebanding dengan biaya produksi yang semakin hari semakin naik. Bahkan, harga dedak yang merupakan ampas gabah yang biasa jadi pakan ternak, harganya nyaris menyentuh sebanding dengan gabah di kisaran Rp 3-4 ribu perkilogramnya.
Foto ; Kades Lemahmukti Saat Curhat Produksi Gabah Rendah dan Mahalnya Jasa Produksi Padi


"Sekarang produksi gabah di Lemahmukti banyak yang anjlok, dimana satu hektar hanya di dapati sekitar 4 ton dengan harga yang di tawarkan antara Rp4,2-4,3 ribu perkilogramnya, sementara dedaknya juga sudah hampir Rp 4 ribu perkilogramnya. Dapat apa petani untuk kembali modal produksi yang semakin hari semakin tinggi, " Keluh Kades Lemahmukti, H Damung, Selasa (14/6/2022).

Selain pertalite yang semakin sulit di dapat untuk media pengolahan tanah traktor dan power tresser (rontok padi) saat panen, harga layanan jasanya juga terus merangkak naik. Biasanya, jasa rontok padi di banderol Rp160 ribuan perton, sekarang jadi Rp180 ribuan, begitu juga jasa traktor yang sama-sama naik akibat sulitnya dapat pertalite. Disisi lain, gabah yang menurun produksinya akibat serangan sundep dan hama menambah kebingungan tersendiri bagi petani. 

"Seharusnya ini yang selalu di selamatkan Pemkab Karawang dan Dinas, ini mah malah ribut-ribut soal pajak naik terus, wah sudah bingung, kasihan petani mah, " Katanya.

Kades Rawagempol Wetan H Udin Abdul Gani sebelumnya juga mengatakan, harga anjlok dan biaya jasa produksi meningkat, sampai pertalite langka dan harus mendapati beragam izin, di tambah pajak sawah yang naik semakin membuktikan kurangnya keseriusan pemerintah terhadap kesejahteraan petani.

"Ampun pamarentah, gabah di hargai murah, berasnya mahal, pertalite susah bikin harga jasa traktor dan power treser hingga pupuk mahal, eh saat produksi rendah, pajak di naikin juga, " kesalnya. (Rd)