Rajungan kini benar-benar menjepit para nelayan tradisional, bukan hanya di wilayah Kabupaten Karawang saja, diberbagai wilayah utara di Provinsi Jawa Barat pun mengalami hal yang sama. Terhambatnya ekspor telah membuat harga komoditas tersebut anjlok di tengah pasaran lokal.

Plt. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Karawang, H. Abu Bukhari

Plt. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Karawang, H. Abu Bukhari menyebut, harga pada rajungan saat ini mencapai titik nadir, di kisaran Rp40 ribu per kilogram. Dia mengaku, pihaknya belum mengetahui secara pasti penyebab ekspor rajungan kini mengalami kendala. Namun yang pasti, hal itu membuat kondisi nelayan rajungan menjadi sulit.

“Kalau kita kembalikan pada harga normal kebutuhan lokal, ya normalnya rajungan itu harganya Rp40 ribu kalau kebutuhan lokal. Ini bisa tinggi karena ada permintaan dari luar dan untuk hal ini Dinas Perikanan Karawang sepenuhnya tidak bisa mengontrol mekanisme pasar ini, karena itu bukan ranah kita lagi, ranah kita itu hanya bagaimana cara menangkap rajungan yang baik, bagaimana cara mengolah rajungan yang baik, nah itu ranah kita,” ungkapnya.

Proses ekspor itu dilakukan melalui pengepul atau agen, yang diteruskan ke pabrik. Namun sejak bulan lalu, ekspor ke luar negeri berkurang, sehingga para eksportir akhirnya sulit untuk menerima pasokan rajungan dari nelayan.

“Sistemnya sistem ekonomi yang kita pakai ya, itu semuanya diserahkan kepada mekanisme pasar. Ketika permintaannya tinggi kemudian suplainya, produksinya rendah, otomatis tinggi harga rajungan bisa sampai Rp100 ribu lebih per kilogram, karena itu sepenuhnya diatur oleh mekanisme pasar, permintaan dan suplai,” ujarnya ketika ditemui Newsroom Diskominfo Kabupaten Karawang di Kantor Dinas Perikanan, Senin (25/7/2022).

“Ketika sekarang permintaan untuk ekspor itu kurang, mungkin saja penyebabnya faktor eksternal yang terjadi di dunia global. Otomatis itu mempengaruhi harga pasaran dunia sehingga permintaan ekspor agak berkurang, itu akan mempengaruhi, artinya demand-nya itu berkurang sementara suplainya kita tetap segitu,” imbuhnya.

Sementara itu, lanjut H. Abu, terkait beberapa keluhan yang dirasakan para nelayan yakni terjadinya pendangkalan pada jalur muara-muara sungai di wilayah Kabupaten Karawang. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas PUPR Kabupaten Karawang untuk bisa melakukan pengerukan.

“Pendangkalan kemarau terjadi saat ini dan kami sudah membuat surat tiga bulan yang lalu ke PUPR untuk mengirimkan beko atau eskavator, karena kita tidak mempunyai alat itu. Dikirimlah eskavator itu di bulan ini, jadi kita bantu semaksimal mungkin sesuai kemampuan kita melalui koordinasi lintas sektoral seperti PUPR,” katanya.

“Hal itu mudah-mudahan nanti kalau memang sudah lancar alur lalu lintas, perahu itu baik dari laut ke darat maupun pelelangan yang mau berangkat InsyaAllah nanti produksinya akan naik lagi dan saya masih tetap optimis tahun ini akan tercapai sesuai dengan target. Meskipun pada saat ini baru tercapai sekitar 14 persen, itupun hanya perahu-perahu kecil yang berangkatnya, perahu-perahu besar yang ukurannya 10 GT tidak bisa karena memang terkendala di kandas, boleh di cek sekarang, di pelelangan sepi itu karena memang perahunya tidak bisa keluar dan ombaknya besar juga,” tambahnya.

Meskipun demikian, ia mengaku optimis terkait pencapaian target Realisasi Retribusi pada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Balai Benih Ikan (BBI) tahun 2022. Sebab, pada tahun lalu telah mencapai target realisasi mencapai 118,611 persen.

“Jadi pada setengah tahun pada tahun ini memang baru mencapai lima persen, harus digaris bawahi itu, bukan satu setengah tahun, itu salah. Kalau satu setengah tahun berarti dihitungnya tahun lalu juga di tahun 2021, sedangkan di tahun lalu kita mencapai target realisasi mencapai 118,611 persen, jadi jangan keliru, dan per 11 Juli 2022 sudah mencapai 14,02 persen,” jelasnya.

Selain itu, kata dia, pihaknya terus mengupayakan dengan pemanfaatan potensi perikanan di mana Dinas Perikanan Kabupaten Karawang akan membangun cold storage atau gudang beku. Hal itu dilakukan mengingat potensi perikanan budidaya di Karawang memiliki luas 18 ribu hektar, dengan kapasitas produksi 36 ribu ton per tahun dan hal itu tersebut berpotensi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karawang.

“Alhamdulillah, tahun ini kita sudah bergerak untuk pengadaan tanahnya dan untungnya tahun depan 2023 kita bisa bergerak membangun cold storage-nya, sehingga nanti ikan yang datang dari luar ke kita, kita bisa melakukan pengontrolan dan pembinaan. Ikan itu kualitasnya bagus atau tidak, layak konsumsi apa tidak, nanti disitu kita melakukan pembinaan kalau ada tempatnya, nah baru kita boleh melakukan pengumutan retribusi,” ujarnya.

“Jadi saya mohon dukungan kepada masyarakat semua di Karawang terutama pengambil keputusan bahwa pada tahun ini kita coba menganggarkan untuk pengadaan tanah. Pengadaan tanahnya supaya kita bisa bangun cold storage, PAD-nya bisa masuk, dan kontinyuitas bahan baku pengolahan itu selalu tersedia, dan kita sudah melibatkan sekitar 3.500 pengolah ikan, itu tidak lain selain mengolah pindang. Nah itu perlu sentuhan dari kita, pembinaan dari kita, caranya apa, kita dengan menyediakan bangunan itu,” ungkapnya. (diks)