Kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen dikhawatirkan berdampak terhadap inflasi pangan. Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies), Bhima Yudhistira mengatakan, inflasi pangan bisa berdampak terhadap melambungnya harga kebutuhan pokok seperti beras.

"Yang perlu menjadi perhatian adalah inflasi pangan, jadi cadangan berasnya mulai menipis. Ini bisa mengakibatkan tekanan inflasi pangan tahun depan," ujar Bhima, seperti dilansir Merdeka, Sabtu (19/11).

Foto : Beras

Namun,dampak atas kenaikan suku bunga diprediksi tidak akan terjadi terhadap sektor minyak. Bhima juga menilai kondisi Indonesia tidak sama dengan Amerika Serikat yang mengalami inflasi tinggi dan menyebabkan harga kebutuhan pokok dan energi melonjak tajam.

"Kelihatannya mungkin enggak, karena harga energi di Indonesia masih bisa dikendalikan kenaikannya, tidak seliar di Amerika Serikat," ucapnya.

Lonjakan harga beras sejatinya telah terjadi sebelum pengumuman kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia pada Kamis 17 November 2022.

Harga Beras Buat Pedagang Warteg Pusing

Pedagang Warung Tegal (Warteg) di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya mengeluhkan kenaikan harga beras kualitas medium sejak Oktober 2022 lalu. Kenaikan begitu terasa karena beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia.

"Dengan kenaikan harga beras ini buat kami pusing tujuh keliling. Karena beras makanan utama, ya kami menjerit lah," kata Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni saat dihubungi Merdeka.com di Jakarta, Jumat (18/11).

Mukroni mencatat, saat ini beras kualitas medium mengalami kenaikan berkisar Rp500 per kilogram (kg). Dengan ini, harga jual beras medium berkisar Rp9.900 per kg dari sebelumnya Rp9.400 per kg.

Padahal, pengusaha warteg juga tengah dibebani mahalnya harga bahan pangan lainnya imbas kenaikan harga BBM subsidi beberapa waktu lalu. Antara lain komoditas telur yang berkisar Rp27.000 per Kg.(***)