Tidak adanya alat pemecah gelombang yang akrab di sebut pengendaman atau sabuk pantai, sudah mendesak di butuhkan para nelayan dan warga pesisir Karawang. Menyusul, air pasang dan banjir rob yang masuk ke pemukiman warga semakin sering terjadi dengan volume dan inensitas yang semakin sering dibanding tahun - tahun sebelumnya. 

Foto ; Ahmad Saepulloh


"Dulu kita kena banjir rob sudah biasa dan memang resiko warga pesisir. Biasanya, dalam sebulan hanya 1 kali masuk ke pemukiman, nah sekarang sejak 2022 banjir rob sering menghempas 3-5 kali dalam sebulan dengan ketinggian muka air di pemukiman mencapai 50 centimeteran, " Kata Ahmad Saepulloh Tokoh masyarakat pesisir Desa Ciparagejaya Kecamatan Tempuran kepada pelitakarawang.com, Jumat (17/2/2023).


Lebih jauh ia menambahkan, persoalan di Muara, rob itu terjadi akibat dangkal dan tidak adanya pemecah gelombang. Karenanya, selalu warga pesisir, ia mendukung penuh upaya untuk pengadaan sabuk pantai yaang mendesak di butuhkan dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang). Meskipun anggarannya akan besar, setidaknya bisa bertahap demi penyelamatan warga pesisir dari ancaman rob ini. 

"Dangkal dan ketiadaan pengendapan alat pemecah gelombang ini yang kita keluhkan, semoga ini jadi prioritas pemerintah, " Ungkapnya. 

Camat Tempuran, Komarudin mengaku, kemarin-kemarin aspirasi pengadaan pemecah gelombang ini belum terakomodir karena sepanjang pantai Kalen Kalong - Ciparage, masih belum ada realisasi dari Dinas PUPR. Namun demikian, pihaknya berupaya menjadikan pengendaman pemecah gelombang ini realisasi segera meskipun bertahap, karena didasari seringnya banjir rob menghempas pemukiman masyarakat pesisir.

"Terlalu sering rob, membuat warga lelah bersih-bersih, juga berdampak pada kadar asinnya air di sumur-sumur masyarakat meningkat. Untuk itu, kita memohon Dinas Terkait mengawal dan memperioritaskan ajuan ini, " Ungkapnya. (Rd)