BREAKING NEWS :
Mode Gelap
Artikel teks besar

SDM Penyuluh Pertanian Jadi Tantangan untuk Swasembada Pangan

Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut sumber daya manusia (SDM) di bidang pertanian menjadi tantangan besar bagi tercapainya target swasembada pangan Presiden Prabowo Subianto. Ahli Utama Kementan Prof. Dedi Nursyamsi mengatakan ada dua pilar utama SDM pertanian yang harus dibenahi pemerintah, yaitu petani sebagai pelaku utama dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) sebagai pendamping.

Dari sisi petani, katanya, sebagian besar petani Indonesia belum memiliki kemampuan mumpuni dalam hal beradaptasi dengan perkembangan teknologi di sektor pertanian. Ini saat perkembangam teknologi pertanian mulai penanaman sampai panen sudah berkembang pesat dan digunakan di negara-negara lain.

Foto ilustrasi

“Kunci meningkatkan kualitas SDM pertanian kita ada pada pendamping atau PPL. Mereka yang menjadi ujung tombak pembenahan kualitas SDM pertanian Indonesia untuk mencapai target swasembada pangan dalam 4-5 tahun ke depan sesuai target Presiden Prabowo,” katanya, Selasa (22/10/2024).

“Sayang, SDM PPL pun menghadapi masalah, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Dari sisi kuantitas jumlah PPL kita sangat jauh dari ideal.”

Harusnya, kata dia, idealmya satu orang PPL menangani  satu desa. Saat ini jumlah PPL yang terdata Kementan ada 37 ribu, sedangkan jumlah desa potensial pertanian lebih dari 80 ribu.

Artinya, tambah Dedi, baru 50 persen saja desa yang memiliki pendamping petani. Paling tidak, sebutnya, minimal seperti Pemerintahan Presiden Soeharto yang memiliki PPL lebih dari 80 persen untuk desa potensial pertanian.

“Makanya zaman Presiden Soeharto kita bisa swasembada beras, karena PPL yang cukup untuk membantu meningkatkan kualitas SDM pertanian. Maka, kita bisa meningkatkan produksi beras saat itu,” ia menambahkan.

Masalah lain, katanya, soal kualitas SDM PPL yang juga perlu ditingkatkan dengan perkembangan teknologi pertanian. Peningkatan kualitas tersebut dapat dilakukan dengan cara daring dan tatap muka.

Di sini perlunya peran serta pemerintah provinsi, kota, dan kabupaten dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas PPL. Dan, peningkatan kuantitas dari penempatan formasi kepegawaian dan kualitas dari pelatihan-pelatihan ini perlu difasilitasi.

Senada dengan Dedi, Wakil Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Mulyono Machmur menyebut peran PPL sangat penting dalam intensifikasi pertanian. Dalam hal ini menjngkatkan produksi hasil pertanian. 

Jika jumlah atau kuantitas SDM PPL mencukupi dan kualitasnya juga baik, maka kata dia, target swasembada pangan 4-5 tahun kedepan mungkin saja tercapai. Mulyono tidak mempermasalahkan peta perani Indonesia yang 60-70 persenberusia di atas 60 tahun dan hanya 2 persen yang muda dari 30.3 juta petani yang ada.

“Jika PPL kuantitas dan kualitanya sebagai pendamping baik, setua apapun usia petani bisa dibimbing dan didampingi. Jika petani sudah percaya dengan PPL, mereka akan mengikuti arahan PPL,” katanya dalam kesempatan sama.

Idealnya memang, kata dia, satu PPL untuk satu desa dengan luasan lahan maksimal 1.000 hektare. Sayangnya dari sisi kuantitas saja Indonesia masih sangat kekuarangn PPL.

“Inilah yang menjadi PR besar pemerintah, bukan hanya soal ekstensifikasi atau perluasan lahan. Namun, intesifikasi dengan target peningkatan produksi juga sangat penting,” katanya.(*)

Posting Komentar