UMK Tinggi, Pabrik Garmen di Bogor Rentan Bangkrut
Dewan Pimpinan Kabupaten (DPK) Asosiasi Pengusaha Indonesia Kabupaten Bogor memprediksi banyak pabrik garmen gulung tikar.
Dari data yang di rilis DPK Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Bogor, tercatat pada tahun 2017 jumlah pabrik padat karya sebanyak 53 pabrik atau perusahaan. Tahun 2022, jumlahnya tersisa 34 pabrik. Selama dua tahun terakhir berkurang lagi delapan perusahaan atau pabrik sehingga hanya tersisa sisa 26 pabrik.
Rata-rata pabrik garmen di Kabupaten Bogor memilih hengkang ke Jawa Tengah karena mereka mengejar upah buruh yang lebih murah.
Sekretaris Eksekutif DPK Apindo Kabupaten Bogor Yenny Agustryani mengungkapkan ancaman PHK secara berangsur terjadi setelah tahun 2021 pasca Covid 19.
“Tahun 2021 kesini, banyak pabrik garmen padat karya yang hengkang dari Kabupaten Bogor,” kata Yenny Agustryani, Senin (4/11/2024).
Salah satu yang terbesar adalqh PT. JS Corp yang berada di Gunung Putri Kabupaten Bogor. Perusahaan dengan karyawan 4000 orang itupun kini hanya menyisakan cerita kejayaannya.
"Dulu waktu saya kerja tahun 2019 gaji Rp.3,7 juta posisi helper waktu itu udah lumayan gede belum tambah lemburan. Akhirnya tahun 2021 tutup, katanya buka lagi tapi ke Boyolali," ujar Ayu Tobing, mantan Karyawan PT. JS, Senin (4/11/2024).
Upah Minimum Kabupaten (UMK) Bogor sudah melebihi batas atas, berada di peringkat ke 3 di Jawa Barat.
Pabrik yang pindah tersebut salah satunya PT. JS, merupakan produsen tas, dompet yang produknya terkenal di jual di negara Eropa.
Dari data di Apindo Kabupaten Bogor dalam dua tahun terakhir, lebih dari 11 ribu karyawan Garmen di rumahkan. (*)