Kementan Ungkap Alih Fungsi Lahan Pertanian Sangat Mengkhawatirkan
Ahli Utama Penyuluh Pertanian Kementan Dedi Nursyamsi menyebut, dalam tiga tahun terakhir alih fungsi lahan pertanian sangat mengkhawatirkan. Setiap tahunnya, lebih dari 100 ribu hektare lahan pertanian berubah fungsi.
“Lahan pertanian tersebut beralih fungsi menjadi perumahan. Juga pertokoan, dan lainnya,” kata dia dalam perbincangan dengan RRI Pro3, Sabtu (18/1/2025).
“Para petani pemilik lahan memilih menjual lahan mereka karena menilai bertani sudah tidak menarik lagi dan tidak menguntungkan. Akhirnya mereka hanya menjadi penggarap lahan atau buruh tani saja.”
Menurut Dedi, banyak faktor yang membuat para petani menjual laham mereka. Di antaranya soal produktivitas lahan pertanian yang hasilnya tak menguntungkan, bahkan merugi.
Dedi menyebutkan, pemerintah sudah melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian dengan kualitas yang baik. Di antaranya, penggunaan alat pertanian berteknologi maju, penyedian dan kemudahan akses pupuk dan bibit unggul.
“Perbaikan dan pembangunan irigasi, serta peningkatan kemampuan SDM pertanian. Harapannya, membuat petani yang sudah ada kembali bergairah dan memancing para milenial untuk terjun ke dunia pertanian,” ujarnya.
Selain itu, sebut Dedi, karena setiap menjelang panen harga komoditasnya selalu turun. Oleh karena, pemerintah sudah memerintahkan Perum Bulog untuk menyerap hasil petani dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) baru.
“Seperti padi HPP nya sekarang Rp6.500 per kilogram. Namun, tentu gabahnya juga harus memenuhi syarat Bulog, seperti kadar airnya tak boleh lebih dari 25 persen,” ucapnya.
“Oleh karena penggunaan teknologi pertanian, seperti mesin pengering sangat penting. Dengan berbagai upaya ini diharapkan petani tidak lagi menjual lahannya.”
Berdasarkan Sensus Pertanian BPS 2023, jumlah petani di Indonesia adalah 27.802.434 orang. Jumlah petani di Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Pada 2013, jumlah petani di Indonesia mencapai 31,70 juta orang. Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan jumlah petani di Indonesia, di antaranya harga jual yang rendah, sulitnya akses pupuk dan bibit, dan mahalnya tenaga kerja.
Berdasarkan Sensus Pertanian 2023, jumlah petani gurem di Indonesia mencapai 16,89 juta rumah tangga. Angka ini naik 18,54% dari 2013 yang jumlahnya 14,25 juta rumah tangga.
Petani gurem adalah petani yang mengusahakan lahan pertanian kurang dari 0,5 hektare. Kenaikan jumlah petani gurem ini disebabkan oleh semakin sempitnya lahan pertanian. (*)