
Lima Sejarah Peristiwa Pelaksanaan Salat Tarawih Ramadan
0 menit baca
Pelaksanaan ibadah sunah Salat Tarawih pada puasa Ramadan 2025, ternyata memiliki sejarah panjang. Mengutip laman Antara, terdapat lima sejarah panjang yang menceritakan terjadinya Salat Tarawih selama Ramadan. (3/3/25).
Selama Ramadan 2025 ini, seluruh umat Islam berbondong-bondong mencari pahala dengan melaksanakan Salat Tarawih. Berikut pemahaman sejarah awal pelaksanaan Salat Tarawih dalam perkembangan Islam:
Sejarah Pelaksanaan Ibadah Sunah Salat Tarawih
1. Sejarah Salat Tarawih Zaman Nabi Muhammad SAW
Sejarah Salat Tarawih, pertama kali dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW pada 23 Ramadan 2 Hijriah. Rasulullah SAW melaksanakan Salat Tarawih di masjid, tetapi terkadang juga di rumah.
Nabi Muhammad SAW melaksanakan Salat Tarawih sebagai bentuk keteladanan. Yakni, Salat Tarawih merupakan ibadah sunah yang sangat dianjurkan.
Pada masa Nabi Muhammad SAW, Salat Tarawih dilakukan 11 rakaat, terdiri, delapan rakaat Tarawih dan tiga rakaat Witir. Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA dan dicatat oleh Imam Bukhari dalam Kitab Tarawih.
2. Sejarah Salat Tarawih Masa Khalifah Rasyidin: Umar bin Khattab
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab (14 H/635 M), Salat Tarawih mulai dilakukan secara berjamaah di Masjid Nabawi. Awalnya, Umar Bin Khattab menetapkan 11 rakaat, sama seperti yang dilakukan Rasulullah SAW.
Namun, seiring berjalannya waktu, muncul riwayat yang menyebutkan bahwa jumlah rakaat Salat Tarawih bertambah menjadi 20 rakaat. Beberapa ulama berpendapat bahwa perubahan ini berasal dari interpretasi terhadap asar para tabi’in.
3. Sejarah Salat Tarawih Masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah
Perubahan jumlah rakaat Salat Tarawih kembali terjadi pada masa Khalifah Mu‘awiyah bin Abi Sufyan (60 H/680 M). Saat itu, jumlah rakaat yang dilakukan di Masjid Nabawi meningkat menjadi 39 rakaat, termasuk Witir.
Dalam pelaksanaannya, praktik ini bertahan hingga abad ke-4 Hijriah. Pada abad ke-4 Hijriah, ketika Dinasti Fatimiyah yang beraliran Syiah menguasai Mekkah dan Madinah, jumlahnya berubah.
Jumlah rakaat Salat Tarawih diubah kembali menjadi dua puluh rakaat. Yakni, mengikuti kebijakan mereka.
4. Kembalinya Tradisi Lama Salat Tarawih Abad Ke-8 Hijriah
Ketika itu, kota Madinah kembali ke dalam kekuasaan Sunni, terutama di bawah pengaruh Mazhab Maliki. Tradisi Salat Tarawih 39 rakaat dihidupkan kembali oleh Imam al-‘Iraqi (w. 806 H/1403 M).
Shalat Tarawih dilakukan dalam dua tahap:
• Dua puluh rakaat setelah Salat Isya
• Enam belas rakaat menjelang Subuh, ditambah tiga rakaat Witir
Tradisi ini bertahan selama berabad-abad di Masjid Nabawi.
5. Era Modern dan Standarisasi Salat Tarawih
Perubahan besar terjadi setelah Perang Dunia I (1914-1918) dan runtuhnya Ke-khalifahan Utsmaniyah. Pada tahun 1344 H/1926 Masehi, Arab Saudi di bawah Raja Abdulaziz mengambil alih Mekkah dan Madinah.
Sejak saat itu, pelaksanaan Salat Tarawih di Masjid Nabawi kembali distandarisasi menjadi 20 rakaat. Hingga kini, jumlah rakaat ini tetap digunakan di bawah pemerintahan Arab Saudi.(*)