Hari ini
Cuaca 0oC
Headline News :

Perkembangan Terbaru, Kelompok Pemberontak Myanmar Setujui Gencatan Senjata dengan Militer

Karawang : Kelompok pemberontak Myanmar, Ta’ang National Liberation Army (TNLA), telah menyetujui gencatan senjata dengan militer menjelang pemilu akhir tahun.(30/10/25).

Tentara militer Myanmar. (Foto: X - National Unity Government Myanmar)

Kesepakatan tersebut tercapai setelah perundingan damai yang dimediasi oleh pemerintah Tiongkok di Kunming, Senin (27/10/2025), hingga Selasa (28/10/2025).

Dalam pernyataan yang disampaikan melalui Telegram, TNLA menyatakan, pihaknya sepakat menarik pasukannya dari kota Mogok dan Mongmit. Gencatan senjata ini muncul setelah berbulan-bulan tekanan intensif dari Beijing, dilansir dari The Diplomat.

Selain itu, gencatan ini muncul akibat serangan udara hampir setiap hari yang dilancarkan militer Myanmar terhadap wilayah kekuasaan TNLA. Sebagai imbalan atas penyerahan kedua kota tersebut, militer Myanmar sepakat menghentikan serangan udaranya di wilayah TNLA di Shan utara.

Kesepakatan ini diumumkan sebelum pemilu junta yang akan digelar dalam dua tahap 28 Desember 2025 dan 11 Januari 2026. TNLA merebut Mogok dan Mongmit pada Juli tahun lalu dalam fase kedua Operasi 1027.

Selama tahun pertama operasi tersebut, kedua kelompok ini berhasil mengusir militer dari sebagian besar wilayah Shan utara. Wilayah tersebut merupakan jalur perdagangan darat utama antara Myanmar dan Tiongkok.

Keberhasilan ini membuat kelompok perlawanan semakin dekat untuk melancarkan serangan ke wilayah Mandalay. Wilayah tersebut kota terbesar kedua di Myanmar dan lokasi Akademi Pertahanan nasional.

Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran di Beijing akan potensi kekacauan di perbatasan Tiongkok-Myanmar. Untuk mencegah keruntuhan junta dan ketidakstabilan regional, Tiongkok meningkatkan tekanannya agar menghentikan serangan dan memulai perundingan damai.

Sebagai langkah tekanan, Tiongkok menutup perbatasan antara Yunnan dan wilayah yang dikuasai kelompok pemberontak tersebut. Tiongkok juga memutus pasokan internet, bahan bakar, dan listrik ke daerah mereka.

Gencatan senjata ini memberi junta ruang politik melaksanakan pemilu di wilayah yang sebelumnya dikuasai pemberontak tanpa gangguan besar. Namun, para pengamat menilai kesepakatan ini lebih bersifat taktis untuk mengelola konflik antara TNLA dan militer. (*)

Hide Ads Show Ads