Rupiah Makin Loyo Akibat Situasi Kekinian di AS
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) makin merosot pada penutupan perdagangan Kamis (13/11/2025). Menurut Bloomberg, rupiah terpantau turun 0,07 persen atau 11 poin menjadi Rp16.728 per dolar AS.
Pelemahan rupiah dipengaruhi sentimen pasar keuangan terhadap perkembangan shutdown di AS. Presiden AS, Donald Trump, bersiap menandatangani RUU pembiayaan menjadi undang-undang setelah House of Representatives (DPR) mengesahkannya, Rabu (12/11/2025).
"RUU tersebut akan menjaga pendanaan pemerintah setidaknya hingga 30 Januari 2026," kata analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi. Menurut dia, pengesahan RUU ini meredakan ketidakpastian serta membuka kemungkinan rilis data ekonomi resmi AS.
Sementara itu, pendapat para pejabat bank sentral AS, The Fed, mengenai pemangkasan suku bunga terbelah di tengah kekhawatiran inflasi. Gubernur Fed, Stephen Miran, menyebut kebijakan moneter AS itu terlalu ketat.
Sebaliknya Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, mengatakan lebih suka mempertahankan suku bunga tetap seperti saat ini. Setidaknya, lanjut dia, sampai ada "bukti jelas" bahwa inflasi kembali ke target 2 persen.
Di Eropa, Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow sepenuhnya siap menghadapi kemungkinan konflik terbuka dengan negara-negara NATO. Dia menyadari negara-negara Barat anggota NATO sedang menyiapkan persenjataan untuk kemungkinan konfrontasi langsung dengan Rusia.
Di dalam negeri, pelaku pasar mencermati target defisit anggaran 2026 sebesar 2,68 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Target tersebut berada di atas batas aman pada kisaran 2,45 persen hingga 2,53 persen dari PDB 2026.
Sementara itu, outlook defisit APBN 2025 sebesar 2,7 persen juga melebihi batas aman dari target 2,5 persen dari PDB. "Ketentuan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 70 Tahun 2025 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2025-2029," ujar Ibrahim.
Sejauh ini, lanjut dia, Kementerian Keuangan belum menjelaskan dasar penetapan target defisit anggaran tersebut. Rasio defisit APBN terhadap PDB menjadi indikator sejauh mana kebijakan fiskal mampu menggerakan perekonomian.(*)

