Generasi milenial, mereka adalah calon estapet kepemimpinan dari pundak mereka nasib bangsa ini ditentukan. Mereka yang sekarang merupakan cerminan masa depan. Lalu apa jadinya ketika generasi milenial ini hanya disibukan sebatas mencari kepuasaan materi semata dengan ikut dalam kegiatan ekonomi.

Walaupun sebenarnya tidak menjadi masalah jika generasi milenial ini melakukan kegiatan ekonomi, bahkan memang harus banyak belajar tentang ini. Hanya saja perlu adanya standar yang benar bagaimana kegiatan berekonomi dan mendapatkan materi, serta peluang apa yang bisa dilakukannya.


Saat ini yang tengah marak dilakukan oleh para millenial diantaranya ikut berinvestasi ke bursa saham. 

Seperti yang disampaikan oleh Director of Executive Education Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung ( SBM ITB) dan Co-Founder Investor Academy Indonesia Donald Crestofel Lantu ST MBA Ph D, menuturkan pada saat pandemi COVID-19, jumlah investor milenial yang ada di Indonesia meningkat atau kalangan milenial banyak yang tertarik dengan bidang investasi selama wabah virus corona melanda dunia ini. (Jabar.antaranews.com 27/06/21)

Peningkatan jumlah investor milenial ini dipengaruhi oleh sosial media, sehingga mereka memilih saham yang terkenal dan memilih saham berdasarkan momen tertentu. Peningkatan in juga tidak lepas dari bermunculannya tokoh yang disebut influencer yang mendorong mereka untuk berinvestasi. 

Para influencer inilah yang ditenggarai berpengaruh terhadap keinginan para millenial untuk terjun di bursa saham. Kesuksesan dan kemewahan yang ditampilkan para influencer membius para millenial, yang akhirnya mereka pun mulai fokus menekuni bisnis ini.

Terlebih, kegiatan ekonomi di bursa saham ini seperti mendapatkan dukungan dari pemerintah. Nampak ada pengarahan para millenial untuk terlibat di bursa saham demi pemulihan ekonomi yang sedang terdampak Pandemi. Padahal, alih-alih tujuan tersebut tercapai yang terjadi justru akan menggadaikan potensi para millenial.

Hal ini tidak terlepas dari sistem kapitalisme yang menjadi inspirasi para pemangku kebijakan dalam membuat aturan. Padahal, di dalam sistem kapitalisme semua aturannya lahir dari akal manusia. Seperti kita ketahui bahwa akal manusia memiliki keterbatasan dalam menyelesaikan problematika hidup.

Maka wajar solusi yang dianggap bisa menyelesaikan pandemi pun hanya solusi semu artinya solusi yang ditawarkan tidak sampai ke akarnya.  
Di masa pandemi ini alih-alih memikirkan bagaimana caranya agar keluar dari pandemi berkepanjangan malah para generasi milenial ini diarahkan untuk investasi. Seiring dengan majunya perkembangan teknologi digital di masa pandemi. Membuat mereka hanya bertindak atas dasar "ikut-ikutan" tanpa pengarahan dan bimbingan. 

Jika sudah seperti itu tidak menutup kemungkinan yang kebanjiran untung tentu mereka para korporasi. Sedangkan potensi besar yang dimiliki milenial tidak terasah yaitu sebagai penerus peradaban mulia. Tidak sekedar memikirkan materi namun punya visi dan misi tak hanya di dunia bahkan bisa sampai ke negeri akhirat.

Semua itu hanya ada dalam sistem Islam yang memiliki strategi dalam mencetak generasi milenial yang tangguh secara iman maupun duniawi. Lantas seperti apa strategi yang ditawarkan oleh sistem Islam?

1. Peran Keluarga 

Islam adalah agama yang syamil (menyeluruh) dan kamil (paripurna) tak ada satu perkara yang lepas dari aturannya termasuk aturan keluarga dalam mencetak generasi tangguh secara imtaq dan iptek. Keluarga adalah masyarakat terkecil dari sebuah masyarakat. Jika pondasi agama kuat dari keluarga maka akan melahirkan generasi milenial yang kuat juga.

2. Peran Lingkungan 

Tidak dipungkiri lingkungan bisa mempengaruhi tingkah laku generasi milenial. Masyarakat bisa mewarnai generasi milenial menjadi baik atau justru sebaliknya membawa dampak buruk. Jika masyarakatnya dibangun atas dasar ketakwaan maka akan terbangun lingkungan yang kondusif.

3. Peran Negara 

Diantara peran yang memiliki peran besar adalah negara, karena negara adalah garda terdepan dalam menjaga masyarakat, yang bisa membuat aturan tegas, mengkontrol tingkahlaku masyarakat, menjaga dan melindungi dari segala celah kerusakan. Mengkondisikan peran keluarga yang seharusnya dilakukan seperti peran ayah dan ibu dan mengkondisikan lingkungan yang aman, nyaman dan kondusif. 

"Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari) 

Maka tidak akan ada generasi milenial yang tergiur investasi tanpa ada arahan dan bimbingan dari negara begitu pun masalah pandemi. Menyelesaikan pandemi tak lepas dari masalah ekonomi yang kuat. Negara akan mencari solusi dengan mengembalikan aturan SDA (sumber daya alam) sesuai syariatNya. 

Yaitu dengan mengatur dan dikelola oleh negara langsung dengan konsep baitulmal.

Tidak menyerahkan pengaturan SDA kepada swasta atau asing. Jika keuangan negara kuat maka generasi milenial tidak menjadi sasaran korporasi terutama dalam berinvestasi. Dengan mengembalikan semua perannya masing-masing maka akan tercipta generasi milenial yang bisa melanjutkan peradaban mulia. Wallahua'lam.

Karya Tulis : Yuyun Suminah, A. Md

(Seorang Guru di Karawang)