Merespons polemik Kementerian Agama (Kemenag) hadiah negara untuk Nahdlatul Ulama (NU), Helmy Faishal Zaini selaku Sekjen PBNU angkat bicara.

Helmy Faishal

Helmy menegaskan bahwa Kemenag hadiah untuk semua agama. Ia meluruskan pernyatan Menag Yaqut Cholil Qoumas yang menyatakan Kemenag hadiah untuk NU.

Lebih lanjut, Helmy mengatakan bahwa penar NU punya peran besar dalam menghapus 7 kata Piagam Jakarta. Namun demikian, Helmy menjelaskan jasa itu tidak kemudian membuat NU boleh semena-mena berkuasa atas Kemenag. Termasuk, merasa punya hak khusus.

Penjelasan lebih lanjut Helmy bahwa peran NU jauh sebelum kemerdekaan telah meletakkan pesantren sebagai pilar pembentuk karakter mental bangsa yang bertumpu kepada akhlaqul karimah.

Helmy juga mengakui bahwa stakeholder NU adalah yang terbesar di Kemenag. Sebab, Kemenag adalag organ pemerintah yang fungsinya mengatur tentang zakat, haji, madrasah, pesantren dan pendidikan keagamaan.

"Meski demikian, NU tidak memiliki motivasi untuk menguasai ataupun memiliki semacam "privelege" dalan pengelolaan kekusaan dan pemerintahan, karena NU adalah jamiyyah diniyah ijtimaiyyah (organisasi keagamaan dan kemasyarakatan)," demikian kutipan penjelasan yang diunggah Helmy melalui laman Instagram pribadinya, Minggu (24/10).

Helmy juga menguraikan, di prinsip politik NU membolehkan siapa saja untuk memimpin dan berkuasa. Asalkan mereka memeiliki nilai kepemimpinan yang berlandaskan kepemimpinan harus melahirkan kesejahteraan dan kemaslahatan.

"Dengan segala hormat dan kerendahan hati, tentang pernyataan Pak Menteri Agama (Yaqut Cholil Qoumas) tentu itu hak beliau. Meski saya pribadi dapat menyatakan bahwa komentar tersebut tidak pas dan kurang bijaksana dalam perspektif membangun spirit kenegarawanan," demikian pernyataan Helmy merespons klaim Yaqut.

Terakhir, Politisi PKB itu menyatakan bahwa, sejarah telah membuktikan seluruh elemen memiliki peran sejarah strategis dalam mendirikan negara kesatuan republik Indonesia (NKRI).

"Melahirkan Pancasila, UUD 1945 dalam keanekaragaman suku, ras, agama dan golongan. Bhinneka Tunggal Ika," pungkasnya.

Menteri Agama atau Menag Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, berdasarkan sejarahnya, Kementerian Agama (Kemenag) merupakan hadiah untuk Nahdlatul Ulama (NU), bukan umat Islam secara umum.

Hal itu diungkapkannya saat mengisi webinar internasional peringatan Hari Santri yang dihelat oleh Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) dan PBNU, Rabu, 20 Oktober 2021.

Awalnya, Yaqut menceritakan soal perdebatan di stafnya yang tengah membahas sejarah asal-usul Kemenag. Kemudian salah satu stafnya mengatakan, Kementerian Agama adalah hadiah negara untuk umat Islam.

"Waktu itu perdebatannya bergeser bahwa Kementerian Agama ini harus menjadi kementerian semua agama, melindungi semua umat beragama. Ada yang tidak setuju, kementerian ini harus (jadi) Kementerian Agama Islam karena Kementerian Agama itu adalah hadiah negara untuk umat Islam," kata Yaqut seperti dikutip dari video terkait, Minggu (24/10/2021).

Mendengar argumen stafnya, Yaqut lalu membantah. Menurut dia, pernyataan stafnya salah, sebab Kementerian Agama adalah hadiah negara bagi kelompok muslim NU.

"Saya bantah, Bukan! Kementerian Agama itu hadiah negara untuk NU, bukan untuk umat Islam secara umum tapi spesifik untuk NU," jelas Yaqut.

Keyakinan Yaqut membuatnya merasa ada kewajaran, ketika NU memanfaatkan peluang di kementerian yang tengah dipimpinnya.

"Wajar kalau sekarang NU memanfaatkan banyak peluang yang ada di Kementerian Agama, memang hadiahnya untuk NU, kenapa begitu? Kementerian Agama itu muncul karena pencoretan 7 kata dalam piagam Jakarta dan yang mengusulkan itu juru damai atas pencoretan itu oasisnya NU, kemudian lahir Kementerian Agama," ungkap Yaqut.

"Jadi wajar sekarang kalau sekarang kita minta Dirjen Pesantren dan banyak mengafirmasi pesantren dan santri NU, saya kira wajar saja tidak ada yang salah," Yaqut menandasi.

Merangkul Semua Umat dan Golongan

Meski hadiah untuk NU, lanjut Yaqut, Kementerian Agama tetap merangkul semua agama dan golongan. Sebab, dia meyakini, NU bakal melindungi sesama.

"Yang besar itu selalu cenderung melindungi uang lemah dan kecil, NU di mana pengin melindungi yang kecil. Jadi kalau sekarang Kementerian Agama menjadi kementerian yang menjadi kementerian semua agama, itu bukan menghilangkan NU tapi justru menegaskan NU yang terkenal paling toleran dan moderat," beber Yaqut.

Yaqut berharap, keyakinannya dapat membuat kementeriannya semakin maju dan memberi jalan bagi pesantren dan santri untuk mendapat masa depan yang lebih baik.

"Saya kira tidak ada yang salah, ini background pikiran kami yang hampir seragam. Jadi mari manfaatkan untuk kebaikan dan mampu persiapkan masa depan santri kita memenangkan pertempuran di masa depan," Yaqut menandasi.

Pernyataan Lengkap Menag Yaqut Soal Kemenag Hadiah Negara untuk NU

"Ini ada perdebatan yang berkembang menjadi sejarah asal usul Kementerian Agama, ada yang bilang salah satu staf, lho Kementerian Agama itu hadiah negara untuk umat Islam, karena waktu itu perdebatannya bergeser bahwa Kementerian Agama ini harus menjadi kementerian semua agama, melindungi semua umat beragama. Ada yang tidak setuju, kementerian ini harus kementerian agama Islam karena Kementerian Agama itu adalah hadiah negara untuk umat Islam.

Saya bantah, Bukan! Kementerian Agama itu hadiah negara untuk NU, bukan untuk umat Islam secara umum tapi spesifik untuk NU, jadi wajar kalau sekarang NU memanfaatkan banyak peluang yang ada di Kementerian Agama, memang hadiahnya untuk NU, kenapa begitu? Kementerian Agama itu muncul karena pencoretan 7 kata dalam piagam Jakartadan yang mengusulkan itu juru damai atas pencoretan itu oasisnya NU, kemudian lahir Kementerian Agama.

Jadi wajar sekarang kalau sekarang kita minta Dirjen Pesantren dan banyak mengafirmasi pesantren dan santri NU, saya kira wajar saja tidak ada yang salah.

Yang besar itu selalu cenderung melindungi uang lemah dan kecil, NU dimana-mana ingin melindungi yang kecil. Jadi kalau sekarang Kementerian Agama menjadi kementerian yang menjadi kementerian semua agama, itu bukan menghilangkan NU tapi justru menegaskan NU yang terkenal paling toleran dan moderat.

Saya kira tidak ada yang salah, ini background pikiran kami yang hampir seragam. Jadi mari manfaatkan untuk kebaikan dan mampu persiapkan masa depan santri kita memenangkan pertempuran di masa depan."(***)