Ratusan hektare lahan pertanian terdampak proyek Tol Solo-Jogja. Meski demikian, Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) memastikan bahwa produksi beras di Klaten tak bakal berkurang.

Kepala DPKPP Klaten Widiyanti mengatakan, luas lahan pertanian yang terdampak pembangunan jalan tol Solo-Jogja di wilayah Klaten sekitar 375 hektare (ha). Sementara, lahan existing atau lahan yang saat ini dimanfaatkan pertanian ada sekitar 31.000 ha.

“Kalau mengacu revisi RT RW kawasan pertanian pangan berkelanjutan atau KP2B total luas ada 32.000 ha dan itu sudah di luar yang terdampak proyek tol. Yang perlu dicatat bahwa KP2B itu ada lahan kering dan basah,” kata Widiyanti, dikutip dari Solopos, Rabu (13/10/2021).

Widiyanti mengatakan untuk membuka lahan baru sebagai pengganti lahan terdampak jalan tol sulit dilakukan menyusul kian terbatasnya lahan di Klaten. Namun, dengan potensi luasan lahan pertanian yang masih ada, pengurangan lahan pertanian untuk jalan tol diyakini tak memengaruhi produksi pangan di Klaten.

Widiyanti menuturkan seiring pengurangan luas lahan pertanian, produksi pangan di Klaten terus digenjot. Salah satunya dengan perbaikan varietas padi dengan mengeluarkan varietas Rojolele Srinuk dan Srinar.

“Kemudian perbaikan sistem budi daya, pemupukan, dan pengairan. Tak kalah penting terkait dengan penanganan OPT (organisme pengganggu tanaman). Ini harus diawasi betul karena kalau tidak diawasi akan menurunkan produksi. Jangan sampai kejadian 2010-2011 (serangan hama wereng batang cokelat) terjadi lagi,” kata dia.

Disinggung konsumsi beras di Klaten, Widiyanti mengatakan konsumsi beras untuk warga Klaten rata-rata per bulan sekitar 10.600 ton. Sementara, produksi beras selama ini sering surplus. Seperti produksi beras dari lahan pertanian di Klaten pada panen Maret-Juni yang diperkirakan bisa menghasilkan 77.000 ton beras, seperti dilansir Okezone.

“Kami sudah menghitung dengan perkiriaan pertumbuhan penduduk dan luasan lahan yang masih ada, insyaallah untuk 50 tahun kedepan produksi beras di Klaten masih mencukupi,” kata Widiyanti.(***)