Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkap rencana besar yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat luas. Yakni soal rencana mengganti penggunaan Liquid Petroleum Gas (LPG) dalam kebutuhan rumah tangga seperti memasak.

Adalah gasifikasi batu bara atau Dimethyl Ether (DME) yang akan digunakan sebagai pengganti bahan bakar memasak ini. Proyek investasi penggantian LPG menjadi DME, menurut Bahlil, akan masuk pada Januari 2022 mendatang dengan melibatkan Air Products and Chemicals serta Pertamina dan perusahaan-perusahaan lain.

"Sudah akan jalan, 2022 Januari itu dengan Pertamina dengan PTBA (PT Bukit Asam) dan air product dengan pengusaha nasional," jelas Bahlil dalam keterangan persnya, Kamis (11/11). "Membangun DME (pengganti LPG)."

Investasi ini merupakan "oleh-oleh" usai melakukan kunjungan kerja ke Uni Emirates Arab (UEA). Total investasi usai pertemuan tersebut adalah senilai USD44,6 miliar atau sekitar Rp636 triliun, dengan sebanyak USD13-15 miliarnya (setara Rp185-214 triliun) akan digunakan untuk hilirisasi terhadap batubara kalor rendah.

"Pada konteks itu, agar batubara tidak terlalu banyak kita kirim-kirim terus, maka ini Air Products melakukan investasi dengan beberapa perusahaan BUMN kita dan swasta nasional," imbuh Bahlil. "Untuk melakukan hilirisasi dalam rangka bagaimana mendapatkan pengganti LPG dari batubara yaitu DME."

Menurutnya hal ini juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo terkait transformasi ekonomi. Penggantian pemakaian LPG menjadi DME pun dilakukan untuk mengurangi impor.

"Ini yang akan kita lakukan, karena kita tahun impor kitasampai dengan sekarang itu 5,5-6 juta. Ini cadangan devisa kita keluar kalau kita begini terus," tutur Bahlil. "Itu tidak kurang dari Rp55-70 triliun. Maka kita akan perlahan-lahan mengurangi impor LPG kita dan kita gantikan dengan DME."

Kelebihan lain dari DME adalah harga yang lebih murah daripada LPG. Sehingga tidak hanya mendapatkan subsidi impor, kedaulatan energi juga perlahan-lahan bisa didorong dengan perubahan ini. "Kemudian neraca perdagangan juga bisa kita jaga dan sudah barang tentu ini akan menciptakan lapangan pekerjaan dan nilai tambah," pungkas Bahlil.(***)