Mantan Pendeta muda, Filipus Kristian yang kini memeluk agama Islam atau mualaf membeberkan awal mula alasan dirinya pindah keyakinan dari Nasrani menjadi Muslim.

Filipus Kristian 

Mantan pendeta itu pun mengaku bahwa awalnya ia menjadi mualaf lantaran hanya berpura-pura saja untuk menyelidiki keburukan agama Islam.

Hal itu diungkapkan Filipus Kristian lewat video wawancaranya yang tayang di kanal YouTube Hidayatullah TV, seperti dilihat pada Selasa 26 April 2022.

Dalam video berjudul ‘Tak Terima Kalah Debat, Pendeta Masuk Pesantren Untuk Menyelidiki Kelemahan Islam’ itu, tampak awalnya Filipus Kristian mengaku tak ikhlas masuk Islam.

“Faktanya saya masuk Islam dalam keadaan tidak ikhlas. Saya sendiri adalah seorang pembenci Islam yang luar biasa,” ujar Filipus.

Ia pun mengaku membenci Islam lantaran menurutnya ajaran agama Muslim itu tidak ada yang baik.

“Yang saya tahu Islam itu gak ada yang baik. Sugesti atau berita yang masuk ke dalam diri saya tentang Islam semuanya negatif, yah terorisme, radikalisme, ajarannya ngawur, tukang kawin,” tuturnya.

Akan tetapi, kata Filipus, dirinya memutuskan masuk Islam usai bertemu dengan sejumlah pendebat hebat. Ia pun mengaku menjadi mualaf hanya pura-pura saja.

“Dan akhirnya saya pun bertemu dengan orang-orang yang hebat berapologate yang kemudian membuat saya masuk Islam meski dengan pura-pura,” ucapnya.

Selama tiga tahun ia masuk Islam, Filipus melakukan penyelidikan untuk mencari tahu keburukan Islam maupun kesesatan ajaran Nabi Muhammad SAW.

“Selama 3 tahun saya masuk Islam itu dalam tahap penyelidikan. Saya nyemplung ke dalam (Islam) untuk mencari tahu keburukan-keburukan dan kesesatan ajaran Muhammad dalam Islam, tetapi cari tahunya dari dalam,” kata Filipus Kristian.

Bahkan, menurut Filipus, dirinya sengaja masuk pesantren untuk mencari tahu perihal pendidikan terorisme dalam ajaran Islam.

“Bahkan, ada beberapa pondok pesantren yang saya datangi untuk belajar sembari saya mencari tahu kelas mana yang ada pendidikan merakit bom,” ungkapnya.

Namun, menurut Filipus, saat masuk ke pesantren dirinya sama sekali tak menemukan adanya ajaran terorisme itu.

“Tapi apa yang saya dapat? Gak ada. Yang saya dapat orang yang belajar Fathur Bari, Fathur mukmin, kitab kuning, Syaikh Bukhori Muslim,” bebernya.

Lebih lanjut, mantan pendeta yang kini benar-benar menjadi mualaf dan mendalami ajaran Islam ini juga mengaku pernah belajar bertahun-tahun di salah satu pesantren dan sama sekali tak menemukan adanya ajaran terorisme maupun radikalisme di ponpes itu.

“Saya mondok selama beberapa tahun di salah satu pesantren nggak ada saya temukan jenis-jenis radikal atau terorisme atau gerakan-gerakan yang menjurus ke arah situ,” ujarnya. (*)