Hepatitis akut diketahui sudah banyak terjadi di Indonesia, namun untuk khusus hepatitis akut berat yang terjadi saat ini masih belum diketahui penyebabnya. Meski diduga, ada beberapa virus yang berperan, salah satunya Adenovirus 41.

Foto ilustrasi

Hal tersebut dikatakan Dokter Spesialis Anak, Hanifah Oswari, dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) saat konferensi pers Kamis (5/5/2022). Ia mengatakan penyakit hepatitis akut yang saat ini terjadi, juga berat dan datang dalam waktu bersamaan serta cepat.

Hanifah menjelaskan, antara hepatitis A, B, C, D, E dan kasus yang saat ini terjadi berbeda, karena bukan disebabkan virus hepatitis A, B, C dan E. Hepatitis akut berat itu menyerang anak-anak di bawah usia 16 tahun, tapi lebih banyak lagi di usia di bawah 10 tahun.

“Berdasarkan laporan yang ada, gejala awalnya yaitu di Gastrointestinal (saluran cerna) terlebih dahulu seperti diare, mual, muntah, sakit perut, dan kadang- kadang disertai demam ringan,” kata Hanifah.

Kemudian akan berlanjut ke gejala lainnya ke arah hepatitis yaitu anaknya mengeluarkan air kecil seperti teh warnanya, air besarnya pucat, matanya atau kulitnya bila diperhatikan berwarna kuning.

Lanjut Hanifah, jika dokter pada saat memeriksa kadar SGOT atau SGPT yaitu enzim hati didapatkan salah satu atau kedua enzim itu meningkat di atas 500 gastrominal limit per mililitet (ml) dan berlanjut lagi gejalanya, pasien akan mengalami gangguan pembekuan darah.

Selanjutnya, maka akan terjadi penurunan kesadaran yang dapat berlanjut menjadi kematian bila pasien tidak dilakukan transplantasi hati. Maka dari itu, Hanifah meminta para orang tua untuk selalu waspada jika menemukan tanda atau gejala yang sama.

Foto ilustrasi

“Jadi kita harus waspada jika anak-anak kita mengalami gejala saluran cerna seperti tadi dan dicurigai bisa mengarah ke arah hepatitis akut berat yang belum diketahui penyebabnya itu, bawalah anak kita ke fasilitas layanan kesehatan terdekat untuk mendapat pertolongan,” kata Hanifah.

Ia menuturkan, jangan sampai terlambat atau gejala sudah berat dan menguning karena pertolongannya akan lebih sedikit agar tidak menimbulkan kematian. Kerja sama dibutuhkan fasyankes dan rumah sakit untuk menemukan gejala awal sedini mungkin dari hepatitis akut berat.

Pencegahan Hepatitis

Beberapa cara pencegahan yang dilakukan jika kita mencurigai atau menghindari anak-anak kita dari hepatitis akut berat yang belum diketahui penyebabnya itu. Penularan hepatitis itu, melalui saluran cerna dan saluran nafas.

Karena itu kata Hanifah, pencegahan yang bisa dilakukan adalah menjaga jangan sampai anak-anak terinfeksi virus melalui jalan masuknya virus. Pertama yaitu di saluran nafas, untuk membiasakan diri mencuci tangan menggunakan sabun.

“Terutama ingin makan atau minum serta memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang. Kemudian tidak menggunakan alat makan bersama dengan orang lain dan menghindari kontak anak-anak kita dari orang yang sakit agar anak-anak kita tetap sehat,” kata Hanifah.

Selanjutnya, yang kedua untuk menjaga infeksi dari saluran nafas bisa dilakukan dengan protokol kesehatan seperti yang sudah dilakukan pada umumya untuk pencegahan COVID-19, yaitu menggunakan masker, menjaga jarak dan lainnya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membantah adanya kaitan antara vaksinasi COVID-19 dengan penyakit hepatitis akut pada anak yang belum diketahui penyebabnya.

Hal tersebut disampaikan oleh Lead Scientist untuk kasus itu, dr. Hanifah Oswari, saat keterangan pers secara virtual di Jakarta (5/5/2022).

“Kejadian yang dihubungkan dengan vaksin COVID-19 itu tidak benar, karena kejadian saat ini tidak ada bukti bahwa itu berhubungan dengan vaksinasi COVID-19,” kata dr. Hanifah.

Lebih lanjut dr. Hanifah menyampaikan bahwa sampai saat ini juga belum ada bukti yang menunjukkan adanya kaitan penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya dengan virus COVID-19, melainkan adanya kejadian yang koinsiden (bersamaan).

Sebagai upaya peningkatan kewaspadaan, pencegahan, dan pengendalian Infeksi hepatitis akut pada Anak, pemerintah telah menerapkan beberapa dalam mengatasi perjalanan penyakit hepatitis akut itu.

Di antaranya dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang kewaspadaan terhadap penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Aetiology).

Pemerintah juga sudah meminta tenaga kesehatan (nakes) dan fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) untuk menerapkan pencegahan dan mengendalian infeksi untuk pengendalian khususnya virus.

Selain itu, lanjut dr. Hanifah, pemerintah sudah menunjuk ke Rumah Sakit Sulianti Saroso dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjadi rujukan untuk pemeriksaan spesimen hepatitis akut karena ada banyak hal yang harus di investigasi.

“Baik penyebab dari virus itu sendiri, juga mengapa mendadak banyak anak-anak yang terkena. Bukan hanya di satu negara tetapi di banyak negara sekaligus,” lanjut dr. Hanifah.

Informasi-informasi itu, juga di perlu diantisipasi pemerintah, kata dr. Hanifah untuk bisa mengetahui lebih banyak mengenai keadaan itu dan penyebabnya.

“Juga pemerintah sudah mengharapkan seluruh Nakes dan fasyankes untuk waspada dan siap untuk menghadapi kasus itu bila timbul dugaan hepatitis akut dan di setiap kabupaten kota sudah ada rumah sakit rujukan utama untuk hal yang seperti itu,” pungkas dr. Hanifah.

Tidak Ada Kaitan Vaksinasi COVID-19 dengan Hepatitis Akut pada Anak

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membantah adanya kaitan antara vaksinasi COVID-19 dengan penyakit hepatitis akut pada anak yang belum diketahui penyebabnya.

Hal tersebut disampaikan oleh Lead Scientist untuk kasus itu, dr. Hanifah Oswari, saat keterangan pers secara virtual di Jakarta (5/5/2022).

“Kejadian yang dihubungkan dengan vaksin COVID-19 itu tidak benar, karena kejadian saat ini tidak ada bukti bahwa itu berhubungan dengan vaksinasi COVID-19,” kata dr. Hanifah.

Lebih lanjut dr. Hanifah menyampaikan bahwa sampai saat ini juga belum ada bukti yang menunjukkan adanya kaitan penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya dengan virus COVID-19, melainkan adanya kejadian yang koinsiden (bersamaan).

Sebagai upaya peningkatan kewaspadaan, pencegahan, dan pengendalian Infeksi hepatitis akut pada Anak, pemerintah telah menerapkan beberapa dalam mengatasi perjalanan penyakit hepatitis akut itu.

Di antaranya dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang kewaspadaan terhadap penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Aetiology).

Pemerintah juga sudah meminta tenaga kesehatan (nakes) dan fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) untuk menerapkan pencegahan dan mengendalian infeksi untuk pengendalian khususnya virus.

Selain itu, lanjut dr. Hanifah, pemerintah sudah menunjuk ke Rumah Sakit Sulianti Saroso dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjadi rujukan untuk pemeriksaan spesimen hepatitis akut karena ada banyak hal yang harus di investigasi.

“Baik penyebab dari virus itu sendiri, juga mengapa mendadak banyak anak-anak yang terkena. Bukan hanya di satu negara tetapi di banyak negara sekaligus,” lanjut dr. Hanifah.

Informasi-informasi itu, juga di perlu diantisipasi pemerintah, kata dr. Hanifah untuk bisa mengetahui lebih banyak mengenai keadaan itu dan penyebabnya.

“Juga pemerintah sudah mengharapkan seluruh Nakes dan fasyankes untuk waspada dan siap untuk menghadapi kasus itu bila timbul dugaan hepatitis akut dan di setiap kabupaten kota sudah ada rumah sakit rujukan utama untuk hal yang seperti itu,” pungkas dr. Hanifah.(nas)