Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Karawang bakal telah mempersiapkan konsep pembangunan taman Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada bangunan eks Pasar Rengasdengklok. Pembangunan tersebut menindaklanjuti akan segera direlokasinya Pasar Rengasdengklok ke Pasar Proklamasi dan direncanakan akan dijadikan RTH.

Kepala Bidang Pertamanan pada DLHK Kabupaten Karawang, Dede Pramiadi Asmara menuturkan, konsep RTH pada pembangunan tersebut memiliki fungsi sosial untuk masyarakat dapat beraktivitas di dalamnya.
Kepala Bidang Pertamanan pada DLHK Kabupaten Karawang, Dede Pramiadi Asmara

“Aktivitasnya bermacam macam, contohnya interaksi sosial, seperti mengasuh anak, jogging, olahraga, atau apapun. Di sana tanpa biaya karena tidak akan ditarik tiket di sini, mirip dengan Karangpawitan, bedanya di Karangpawitan ada fungsi tertentu yaitu lapangan untuk upacara,” ujarnya ketika dihubungi Newsroom Diskominfo Kabupaten Karawang, Senin (11/7/2022).

Tidak hanya itu, kata Dede, kedepannya akan direncanakan pembangunan masjid pada RTH tersebut.

“Rencananya kedepan justru akan dibuat masjid di area tersebut, pengganti masjid yang ada di kantor kecamatan lama, karena sudah tidak representatif masjid di kantor kecamatan lama. Nah, sebaiknya dibuatkan masjid baru yang lebih representatif, yang lebih besar, lebih cantik dan lahan terbukanya bisa dipakai untuk ekspansi jamaah sholat agar perluasan jamaah sholat ied bisa lebih banyak,” kata dia.

“Kalau fasilitas ruang terbuka seperti taman bermain anak, tempat parkir, toilet, fasilitas- fasilitas umum dan juga ada monumen kereta api karena di sana ada lahannya dan sejarahnya dulu stasiun Rengasdengklok disana. Jadi mengembalikan sejarah berupa monumen, nah itu bisa jadi objek selfie masyarakat,” tambahnya.

Dia menjelaskan, pada RTH tersebut pula akan diterapkan Drainase Zero Run Off yang bekerjasama dengan Dinas PUPR Kabupaten Karawang. Hal itu dilakukan untuk mengalirkan air limpasan yang dibuang ke luar kawasan atau ke saluran kota dapat direncanakan sekecil mungkin hingga dicapai nol persen (zero run off).

“Air hujan kita usahakan tidak banyak keluar lahan, kita mau coba terapkan banyak biopori-biopori di sana untuk menambah resapan. Dulu lingkungan sekitar airnya mungkin di musim kemarau agak sulit, mudah-mudahan dengan adanya ruang terbuka hijau ini, apalagi kita akan memperbanyak biopori kondisi air tanah di wilayah sekitar bisa menjadi lebih baik daripada kondisi  sekarang, lebih banyak manfaatnya selain masyarakat bisa beraktivitas sosial, menjadi paru-paru kota dan menambah estetika kota dengan memperbaiki mutu air tanah untuk daerah sekitar,” jelasnya.

Pada pembangunan RTH itu pula, lanjut dia, akan diterapkan lingkungan ramah anak dan ramah disabilatas. Hal itu sebagai upaya Pemkab Karawang menyediakan ruang aman dan khusus dengan membangun beberapa fasilitas penunjang. 

“Itu sudah bagian dari detail perencanaan, detailnya seperti apa ramah anak itu, jadi bukan bicara soal ramah anak yang ada enjot-enjotan atau playground saja, ramah anak contoh paling sederhana yakni di dalam toilet ada wastafel, itu harus disediakan tempat cuci tangan dengan ketinggian untuk anak. Apalagi untuk ramah disabilitas, tangga harus ada sandaran atau pegangan dan harus ramp, di area toilet juga harus disiapkan toilet untuk yang normal dan untuk disabilitas, contohnya Karangpawitan, toiletnya itu ada toilet yang untuk disabilitas,” ujarnya. (diks)