Dampak perang Rusia-Ukraina menjadi kontribusi terbesar rendahnya harga rajungan di tingkat nelayan. Krisis ini, dirasakan ratusan nelayan Pasirputih Desa Sukajaya Kecamatan Cilamaya Kulon berkepanjangan. Akibatnya, harga yang dibanderol di kisaran Rp40 ribuan per kilogram, membuat ekonomi nelayan bubu rajungan yang biasa lancar memasok pasar ekspor ke Amerika dan Eropa via perusahaan, menjadi lesu.

Foto : Harga Rajungan Terus Lesu, Kades Duladi Minta Pemkab Beri Tambahan Dana Paceklik Bagi Nelayan Terdampak

Di ungkapkan Kades Sukajaya Kecamatan Cilamaya Kulon, Duladi Saputra, sejauh ini pasar eksport rajungan hasil tangkapan nelayan Pasirputih mayoritas di dominasi Ke Negeri Paman Sam Amerika Serikat. Betapapun ada pasokan eksport ke Jerman dan negara Eropa lainnya, tetapi kapasitasnya tidak sebesar Amerika. Karenanya, keterlibatan Amerika dalam perang Rusia - Ukraina dan mulai banyaknya pesaing dari negara tetangga, membuat permintaan rajungan dari Karawang, juga lesu. Tentu saja sebut Duladi, rajungan hasil tangkapan yang sebenarnya stabil, tidak mampu menembus akses eksport dan berdampak pada harga yang semakin turun dibawah harga normal.

Foto : Harga Rajungan Terus Lesu, Kades Duladi Minta Pemkab Beri Tambahan Dana Paceklik Bagi Nelayan Terdampak

"Harganya sekarang Rp40 ribu perkilogram, biasanya di kisaran Rp140-150 ribuan per kilogram. Bahkan, dulu lazim terjadi penurunan harga tapi bulan berikutnya naik dan stabil lagi, tapi kalau sekarang ini, sejak Lebaran idul Fitri dan sampai sekarang selain gak naik, merangkak ke harga stabil saja sulit, bahkan terus menerus rendah berkepanjangan, " Katanya, Selasa (16/8/2022).


Diakui Duladi, memang rajungan yang setiap hari mampu di hasilkan nelayan pasirputih sekitar 10 ton ini, bisa juga memasok untuk kebutuhan domestik seperti untuk restoran dan rumah makan, namun nilainya tidak sebesar pasar eksport, sehingga jika hanya mengandalkan market domestik, maka ini dirasakan masih lesu bagi nelayan karena tak sebanding dengan biaya produksi atau perbekalannya.

"Ada juga pasar domestik, tapi tidak sebesar minat pasar eksport, sehingga pemasaran domestik harga jualnya juga belum sebanding dengan biaya perbekalan nelayan saat melaut, " Ujarnya.

Disisi lain, sambung Kades Duladi, nelayan yang alami paceklik akibat kondisi ini, belum ada sentuhan Pemkab untuk antisipasi kerawanan ekonomi di lapangan. Pemerintah desa, sebut Duladi, hanya mengandalkan bantuan sosial (Bansos) BPNT dan Program PKH bagi sejumlah nelayan yang masuk kategori Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang di upayakannya bisa terdistribusi secara merata.

"Kita tidak bisa berbuat banyak, selain mengcover bantuan lewat program bansos BPNT dan PKH misalnya, Kuta harap ada formulasi dari Pemkab agar nelayan yang terdampak ini, ada sedikit kadeudeuh tambahan di masa paceklik akibat harga rajungan rendah saat ini, " Pintanya. (Rd)