Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil meminta semua masyarakat waspada dengan adanya global warming. Sebab, cuaca semakin sulit diprediksi seperti bulan Agustus yang seharusnya kemarau, malah banjir di Garut.(20/10/22).

Foto : Ridwan Kamil

Menurut Ridwan Kamil, untuk menghindari hal yang tak diinginkan, pihaknya sudah meminta para kepala daerah baik bupati maupun wali kota agar membuat edaran ke sekolah-sekolah untuk menunda kegiatan outdoor di zona sungai, air terjun, dan danau saat saat musim penghujan yang sedang mengalami curah ekstrim ini.

"Cuaca ekstrem, makanya cuaca sekarang jangan ada kegiatan di sekolah. Terutama, ada kegiatan dengan air Sungai Curug dikurangi. Karena kejadian di Kabupaten Bogor harus evaluasi dan ditunda dulu," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan, Selasa (18/10/2022).

Emil mengatakan, cuaca ekstrim itu merata di Sumatra dan Jawa. Emil pun meminta semua waspada dan selalu mengutamakan keselamatan dalam kegiatan apa pun.

"Dan budayakan rajin mengecek ke BMKG terkait prakiraan cuaca. Antisipatif adalah hal baik yang harus jadi budaya kita," kata Emil di Instragramnya.

Masih di instagramnya, Emil pun bercerita kalau dirinya telah melakukan takziah kepada salah satu keluarga korban yang hanyut saat Latihan Dasar Kemimpinan tingkat SMP di area Curug Kembar Bogor. "Doa kami semoga almarhumah husnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan," katanya.

Sementara, menurut Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Barat, Indra Gustari, BMKG telah mengeluarkan rilis potensi cuaca ekstrem sebelumnya untuk periode 02-08 Oktober 2022. Sebab, berdasarkan analisis terkini bahwa kondisi dinamika atmosfer di wilayah Indonesia masih cukup signifikan berpotensi meningkatkan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah dalam sepekan kedepan, termasuk Jawa Barat.

Untuk prakiraan tinggi gelombang di perairan Jawa Barat, kata dia, ada tanggal 19 Oktober 2022 adalah Perairan sebelah Utara Jawa Barat tinggi gelombang 0,50 meter hingga 0,80 meter. Sedangkan Perairan sebelah Selatan Jawa Barat tinggi gelombanga 2,00 meter hingga 2,50 meter.

Menurutnya, hasil analisis dinamika atmosfer terkini menunjukkan adanya sirkulasi siklonik yang membentuk pola belokan angin serta perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan aktifitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan. Kemudian, masih aktifnya fenomena gelombang atmosfer seperti MJO (Madden Jullian Oscillation) yang berinteraksi dengan gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kelvin juga secara tidak langsung masih akan meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia termasuk sebagian wilayah Jawa Barat dalam beberapa hari ke depan. (ROL)