Di jalan raya masih banyak ditemui pengendara arogan. Mereka tak segan berkendara ugal-ugalan. Bahkan ada yang memakai atribut ala aparat untuk membuat pengendara lain minggir dan memberikan jalan.

Foto ilustrasi Lala Lantas di jalan tol

Sebenarnya, tidak semua pengendara menjadi pengguna jalan prioritas. Menurut Pasal 134 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, cuma ada tujuh pengguna jalan prioritas.

Pengguna Jalan Prioritas:

  • Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas;
  • Ambulans yang mengangkut orang sakit;
  • Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas;
  • Kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia;
  • Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjadi tamu negara;
  • Iring-iringan pengantar jenazah; dan
  • Konvoi dan/atau kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Polri.
  • Namun, ada saja oknum pengendara yang memanfaatkan atribut sirine dan strobo agar diprioritaskan di jalan. Ada juga yang saling serobot di tengah kemacetan.

    "Banyak sekali yang meremehkan bahaya-bahaya di lalu lintas dengan cara ngebut, ditambah menggunakan atribut-atribut petugas seperti sirene, strobo, kendaraan-kendaraan besar sampai dengan main fisik. Terlepas mereka benar petugas atau tidak, tindakan mereka sudah tidak terpuji. Alasan yang utama adalah tidak pintarnya memanage perjalanan dan masalah yang mengarah ke ego," kata Praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI),SonySusmana, kepada detikcom, Senin (26/12/2022).

    Sony menyebut, sebagai pengendara harusnya bisa melakukan rencana perjalanan dengan matang. Tak perlu kebut-kebutan apalagi bersikap arogan, kalau mau tepat waktu ya berangkat lebih awal.

    "Sekarang kita mau mengemudi, kan sudah diatur dari titik berangkat sampai ketibaan. Bahaya-bahayanya apa aja, risiko-risikonya, hambatan-hambatannya. Bbuka Google, cek durasinya, dan atur jam keberangkatan," saran dia.

    "Biasakan mindset tiba lebih awal lebih baik daripada agresif di jalan," katanya.

    Kalaupun yang melakukan perjalanan adalah pejabat yang melakukan tugas negara dengan jadwal padat dan harus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, sebaiknya minta pengawalan dari petugas kepolisian.

    "Kalau defensive driving kan mengajarkan keselamatan, tertib lalu lintas dan sopan. Cari selamat dengan tidak meladeni mereka (pengendara arogan), tertib lalu lintas untuk memberi contoh bahwa kita grade-nya berbeda dan sopan adalah cerminan budaya bangsa," pungkas Sony.(*)