Belakangan 'resesi seks' kerap jadi sorotan lantaran dilaporkan terjadi pada banyak negara. Teranyar, Korea Selatan kembali mencatat rekor terendah angka fertilitas yakni 0,8 bahkan sedunia. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo buka suara.
Resesi seks ikut menghantui Indonesia, ada tiga alasan di balik potensi resesi seks di RI. BKKBN mengungkap sejumlah biang keroknya

Melansir dari laman detik.com, Potensi 'resesi seks' juga bisa terjadi di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan gaya hidup masyarakat yang mungkin berubah, dikaitkan dengan pernikahan.

1. Mundurnya Rata-rata Usia Menikah

Menurut Hasto, saat ini terjadi kemunduran usia pernikahan. Dilatarbelakangi banyak hal yakni menyangkut prioritas masing-masing orang.

"Potensi itu ada, ada ya, tapi sangat panjang, karena kan gini usia pernikahan semakin lama kan semakin meningkat, (lebih tua)," beber dr Hasto saat ditemui di Hotel Shangri La, Selasa (6/12/2022).

"Usia pernikahan itu mundur, karena (alasannya) semakin banyak, misalnya menempuh studi, karier dan sebagainya," lanjutnya.

2. Tak Risau Menua Tanpa Anak

Bagi wanita, Hasto melaporkan sebagian orang sudah tak ambil pusing jika tak memiliki anak. Mereka lebih memilih fokus pada kesejahteraan hidup dan kualitas bersama suami.

''Kalau wanita misalnya, nggak apa-apa aku nikah, aku tua, nggak punya anak karena yang penting terayomi dengan suami,'' beber Hasto saat ditemui di Hotel Shangri La, Selasa (6/12/2022).

3. Seks Jadi Rekreasi

Sementara potensi resesi seks yang bermula dari berubahnya kebiasaan laki-laki dalam menikah adalah rekreasi. Artinya, saat ini ditemukan pula sejumlah pria yang memilih berkomitmen hanya untuk kemudian fokus dengan berhubungan seks bersama istri. Tidak mempersoalkan kemungkinan memiliki anak.

''Dari pihak laki-laki ada juga yang nikah itu untuk rekreasi, untuk kepentingan seks, yang sah, nah ini memang ada kecenderungan seperti itu tadi. Sehingga ketika orang-orang itu menikah tujuannya bukan untuk pro kreasi, kemungkinan akan terjadi zero growth bahkan minus growth,'' pungkas dia.(**).