Jajanan ice smoke atau dikenal dengan chiki ngebul semakin populer di kalangan anak-anak hingga masyarakat umum lainnya. Jajanan yang menggunakan bahan nitrogen cair ini digandrungi karena sensasi asap yang dikeluarkan pada makanan.

Foto : Chiki Ngebul 

Namun, chiki ngebul menuai sorotan setelah menyebabkan sejumlah anak keracunan di berbagai tempat.

Hal ini membuat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengeluarkan edaran tentang Pengawasan Terhadap Penggunaan Nitrogen Cair pada Produk Pangan Siap Saji.

Nitrogen Cair Ada Manfaatnya, tapi...

Merespons fenomena jajanan berasap ini, Guru besar Kimia Organik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof. Dr. Tukiran, M.Si., menyebut bahwa nitrogen cair sebenarnya memiliki sejumlah manfaat.

Salah satunya yang paling sering dijumpai sebagai refrigerant atau pendingin. Kemudian, nitrogen cair yang memiliki suhu rendah juga bermanfaat untuk pengawetan makanan dan minuman.

Tetapi, Prof Tukiran menggarisbawahi bahwa penggunaan berlebih dan penanganan yang kurang tepat bisa membuat nitrogen cair berdampak buruk bagi kesehatan.

Salah satu dampak yang bisa dilihat yaitu pada sejumlah anak yang keracunan setelah mengkonsumsi chiki ngebul yang menggunakan nitrogen cair.

"Apapun ya kalau digunakan atau dikonsumsi melebihi batas ambang memang penggunaannya tidak diperbolehkan, karena pasti memberikan dampak negatif termasuk penggunaan nitrogen cair," terangnya dikutip dari laman resmi Unesa, Jumat (27/1/2023).

Berdampak pada Lambung

Berdampak pada Lambung

Pakar Kimia Organik Unesa ini juga menjelaskan bahwa nitrogen cair memiliki karakteristik suhunya yang sangat rendah, yaitu bisa mencapai -196 derajat celsius pada tekanan atmosfer.

Nitrogen ini juga memiliki nilai ekspansi dari cair ke gas sebesar 1:696. Artinya, 1 liter nitrogen dalam bentuk cair akan berubah menjadi 696 liter nitrogen dalam bentuk gas.

"Tentu, bisa dibayangkan dampak yang bisa terjadi pada tubuh kita bila nitrogen cair ini langsung tertelan. Lambung akan langsung mengembang secara cepat, bisa kembung, diikuti muntah dan sampai pada kondisi terparah berupa lambung bocor atau disebut perforasi lambung," jelas Prof Tukiran.

Menurutnya, penambahan nitrogen cair ke dalam makanan atau minuman harus sesuai dengan pedoman BPOM.

Sebab, uap yang dihasilkan dari makanan atau minuman yang diproses menggunakan nitrogen cair dapat memicu kesulitan bernapas yang cukup parah.

"Selama dikelola dengan baik relatif masih diperbolehkan, yang berarti sedikit jumlahnya dan tentu dengan pengawasan yang baik pula," ungkapnya.

"Nitrogen cair tidak boleh disimpan di ruang tertutup rapat atau dalam sebuah tangki khusus yang memiliki sistem insulasi yang kedap udara, karena bahan ini bisa mengembang dengan cepat bahkan bisa meledak apalagi jika terkena panas yang tinggi atau terkena api," tambah Prof Tukiran.

Tips untuk Orang Tua

Pria asal Magetan ini memberi saran kepada para orang tua untuk sebisa mungkin memberitahu anak tentang jajanan yang sehat.

Hal ini agar anak tidak sembarang jajan di luar untuk mengantisipasi dampak negatif penggunaan bahan yang berbahaya pada makanan atau minuman.

Menurut Prof Tukiran, orang tua harus punya strategi agar anak tidak terbiasa jajan di luar. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa upaya, antara lain:

1. Edukasi Anak Sejak Dini

Orang tau harus mengedukasi anak mengenai penyakit akibat makanan tidak sehat akibat penggunaan bahan pengawet, pewarna, pemanis, pengenyal buatan dan bahan aditif sintetik lainnya.

"Edukasi ini penting pada anak sedini mungkin agar aman dan terhindar dari berbagai penyakit di kemudian nanti, karena tentunya mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat menyebabkan gangguan pencernaan," ujarnya.

2. Menyiapkan Camilan Sehat

Orang tua juga perlu menyediakan cemilan atau minuman yang sehat untuk anak. Ini bisa dilakukan dengan membuat sendiri di rumah dengan bahan-bahan dan proses pembuatan yang sehat.

Takaran bahan bisa disesuaikan dengan kadar kebutuhan gizi seimbang anak, Buat sendiri tentunya bisa lebih sehat.

"Memang hal ini memerlukan waktu, telaten, kesabaran dan kesungguhan, tetapi ingat bahwa anak adalah investasi masa depan buat kita," tandas Prof Tukiran.

3. Hindari Makanan Cepat Saji

"Anak bisa diajak belanja jajanan sehat lain daripada membelikan makanan cepat saji. Bahkan saat belanja misalnya orang tua bisa sambil edukasi anak tentang makanan dan pengaruh bahan-bahannya bagi tubuh," terang Prof Tukiran.

Untuk melengkapi strategi di atas, terlebih dahulu orang tua perlu memberi contoh dengan mengonsumsi makananyang bisa diikuti oleh anak dengan baik.

Sumber : detik