Hukum puasa tapi tidak pernah shalat tarawih. Apakah tetap sah atau berdosa? Berikut ini penjelasannya berdasarkan dalil-dalil yang menyertainya.

Foto ilustrasi

Dikutip dari laman Konsultasi Syariah, dai muda asal Yogyakarta Ustadz Ammi Nur Baits ST BA menjelaskan bahwa shalat tarawih hukumnya tidak wajib. Sebagaimana shalat malam lainnya, hukumnya tidak wajib.

Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, shalat tarawih berjamaah hanya dikerjakan selama tiga malam. Sahabat Abu Dzar menceritakan:

صُمْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَمَضَانَ، فَلَمْ يَقُمْ بِنَا شَيْئًا مِنْهُ، حَتَّى بَقِيَ سَبْعُ لَيَالٍ، فَقَامَ بِنَا لَيْلَةَ السَّابِعَةِ حَتَّى مَضَى نَحْوٌ مِنْ ثُلُثِ اللَّيْلِ، ثُمَّ كَانَتِ اللَّيْلَةُ السَّادِسَةُ الَّتِي تَلِيهَا، فَلَمْ يَقُمْهَا، حَتَّى كَانَتِ الْخَامِسَةُ الَّتِي تَلِيهَا، ثُمَّ قَامَ بِنَا حَتَّى مَضَى نَحْوٌ مِنْ شَطْرِ اللَّيْلِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ نَفَّلْتَنَا بَقِيَّةَ لَيْلَتِنَا هَذِهِ. فَقَالَ: «إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ، فَإِنَّهُ يَعْدِلُ قِيَامَ لَيْلَةٍ» ثُمَّ كَانَتِ الرَّابِعَةُ الَّتِي تَلِيهَا، فَلَمْ يَقُمْهَا، حَتَّى كَانَتِ الثَّالِثَةُ الَّتِي تَلِيهَا، قَالَ: فَجَمَعَ نِسَاءَهُ وَأَهْلَهُ وَاجْتَمَعَ النَّاسُ، قَالَ: فَقَامَ بِنَا حَتَّى خَشِينَا أَنْ يَفُوتَنَا الْفَلَاحُ، قَالَ: ثُمَّ لَمْ يَقُمْ بِنَا شَيْئًا مِنْ بَقِيَّةِ الشَّهْرِ

“Kami berpuasa bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan. Beliau tidak pernah mengimami shalat malam sama sekali, hingga Ramadhan tinggal 7 hari. Pada H-7 beliau mengimami kami shalat malam, hingga berlalu sepertiga malam.

Kemudian pada H-6, beliau tidak mengimami kami. Hingga pada malam H-5, beliau mengimami kami shalat malam hingga berlalu setengah malam.

Kami pun meminta beliau, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita tambah shalat tarawih hingga akhir malam?’ Kemudian beliau bersabda, ‘Barang siapa yang shalat tarawih berjamaah bersama imam hingga selesai, maka dia mendapat pahala shalat tahajud semalam suntuk.’

Kemudian H-4, beliau tidak mengimami jamaah tarawih, hingga H-3, beliau kumpulkan semua istrinya dan para sahabat. Kemudian beliau mengimami kami hingga akhir malam, sampai kami khawatir tidak mendapatkan sahur.

Selanjutnya, beliau tidak lagi mengimami kami hingga Ramadhan berakhir.” (HR An-Nasa’i nomor 1605, Ibn Majah: 1327, dan dishahihkan Syekh Al Albani)

“Kesimpulan yang bisa digaris bawahi dari hadits tersebut adalah para sahabat pada beberapa malam mereka tidak shalat tarawih berjamaah, meskipun bisa jadi mereka shalat tahajud di masjid. Akan tetapi mereka juga puasa dan tidak diperintahkan untuk meng-qadha-nya,” jelas Ustadz Ammi Nur Baits.

“Karena itu, puasa tanpa shalat tarawih hukumnya sah, karena tarawih bukan syarat sah puasa Ramadhan,” pungkasnya.

Wallahu a’lam bishawab. (wol/okz/pel/waspd)