Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI telah menyerahkan izin edar obat anemia, Efesa, untuk penderita ginjal kronis. Kepala BPOM Penny Lukito mengatakan kehadiran obat ini diharapkan dapat membangun kemandirian produk obat di Indonesia.
Presiden Direktur PT Kalbe Genexine Biologics Sie Djohan mengklaim obat ini baru pertama kali ada di dunia. Efesa juga baru pertama kali diterima dan diproduksi di Indonesia.
Djohan menjelaskan, mekanisme obat Efesa berbeda dengan obat yang mengandung eretopoetin yang selama jni digunakan. Sekadar informasi, kadar hormon eritropoietin mempengaruhi jumlah sel darah merah di dalam tubuh.
“Obat ini akan memicu terbentuknya sel darah merah di dalam tubuh kita, di dalam sumsum tulang kita sehingga dia (efesa) bisa mengatasi anemia yang banyak terjadi pada pasien-pasien penyakit gagal ginjal kronik,” ucapnya.
Anemia pada pasien gagal ginjal kronis utamanya disebabkan oleh kurangnya produksi eritropoetin (EPO) karena penyakit ginjalnya. Faktor lainnya menyebabkan defisiensi zat besi, inflamasi akut maupun kronik, penghambatan pada sumsum tulang dan pendeknya masa hidup eritrosit.
“Jadi Efesa ini mekanismenya untuk meningkatkan pembentukan sel darah merah di dalam tubuh kita, dan berbeda dengan eritropoetin yang selama ini digunakan, yakni mempunyai masa kerja yang lebih panjang,” kata Djohan.
"Sekali disuntik, dia (Efesa) bisa untuk dua minggu, untuk kasus-kasus tertentu bisa 4 minggu. Jadi orang ngga perlu sering-sering disuntik, kalau sekarang ini kan biasanya seminggu dua kali disuntik," ucapnya.
Djohan mengatakan bahwa obat anemia Efesa telah melalui uji klinik fase 3 di 7 negara. Diantaranya Indonesia, Australia, Taiwan, Filipina, Thailand, dan Malaysia dan Korea.
Genexine dan KG Bio juga telah memulai uji klinis 3 yang menargetkan pasien dialisis dengan ginjal kronis. Studi ini juga akan dilakukan di Eropa dan Asia dan akan mendukung perluasan izin edar bagi pasien dialisis dan non-dialisis.(*)
Komentar0