Peringatan Hari Pahlawan 2023 diharapkan menjadi momentum membangkitkan memori kolektif (mengingat masa lalu). Hal ini terkait pengorbanan pahlawan memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan.
"Namun, sekaligus mengingat pengorbanan mereka yang gugur dan hilang selama 32 tahun. Selamat Hari Pahlawan," kata politikus PDI Perjuangan, Rieke Diah Pitaloka, Jumat (10/11/2023).
Rieke menyerukan, Hari Pahlawan harus dijadikan momen untuk menghentikan sikap kejahatan banalitas (banality of evil). Kejahatan dimaksud adalah kejahatan yang lahir dari kedangkalan berpikir.
"Kejahatan yang direproduksi oleh kekuasaan yang menggunakan instrumen teror dan propaganda. Tujuannya melahirkan ketertundukan total," ujar Rieke.
Menurutnya, akibat dari banalitas kejahatan adalah lahirnya manusia banal atau kasar. Tipe manusia ini adalah yang tidak mampu membedakan mana yang baik, jahat, indah, dan buruk.
Dikatakannya, teror dan propaganda untuk ketertundukan buta (gehoorzaamheid) warga berdampak buruk secara luas. Salah satunya mereproduksi bukan hanya rasa takut dan hilangnya sikap kritis, melainkan menganggap kekejian hal yang wajar.
Akibatnya, hukum positif dilampaui, tidak berlaku dan dapat diubah kapan saja tergantung kepentingan. Indonesia 32 tahun, lanjutnya, pernah ada pada masa kelam itu.
"Perlawanan rontokkan rezim totaliter menelan banyak korban jiwa. Termasuk pada peristiwa jelang Reformasi 1998," ucapnya.(*)
Komentar0