Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur, sekaligus kota terbesar di provinsi tersebut. Bahkan, Surabaya juga menjadi tempat saksi bisu pertempuran 10 November, dan dikenal sebagai kota Pahlawan.

Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Kota Jakarta. Kota ini terletak 800 km sebelah timur Jakarta, atau 435 km sebelah barat laut Denpasar, Bali. 

Letak kota ini berada di pantai utara Pulau Jawa bagian timur yang berhadapan dengan Selat Madura serta Laut Jawa. Kota pahlawan diberikan karena memiliki sejarah perjuangan Arek-Arek Suroboyo (Pemuda-pemuda Surabaya) dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari serangan penjajah. 

Jadi Tempat Pertempuran 10 November, Begini Sejarah Kota Surabaya
Jadi Tempat Pertempuran 10 November, Begini Sejarah Kota Surabaya

Dirangkum berbagai sumber, cerita Sejarah Kota Surabaya kental dengan nilai kepahlawanan. Sejak awal berdirinya, kota ini memiliki sejarah panjang yang terkait dengan nilai-nilai kepahlawanan. 

Istilah Surabaya terdiri dari kata sura (berani) dan baya (bahaya). Kemudian secara harfiah diartikan sebagai berani menghadapi bahaya yang datang. 

Nilai kepahlawanan tersebut salah satunya terwujud dalam peristiwa pertempuran antara Raden Wijaya, dan Pasukan Mongol. Yang mana saat itu pimpinan Kubilai Khan di tahun 1293. 

Begitu bersejarahnya pertempuran tersebut hingga tanggalnya diabadikan. Yaitu, menjadi tanggal berdirinya Kota Surabaya hingga saat ini, yaitu 31 Mei. 

Heroisme masyarakat Surabaya paling tergambar dalam pertempuran 10 Nopember 1945. Arek-arek Suroboyo, sebutan untuk orang Surabaya, dengan berbekal bambu runcing berani melawan pasukan sekutu yang memiliki persenjataan canggih. 

Puluhan ribu warga meninggal membela tanah air. Peristiwa heroik ini kemudian dijadikan sebagai peringatan Hari Pahlawan. 

Sehingga menjadikan Surabaya dilabeli sebagai Kota Pahlawan. Sejarah Surabaya juga berkaitan dengan aktivitas perdagangan. 

Secara geografis Surabaya memang diciptakan sebagai kota dagang dan pelabuhan. Surabaya merupakan pelabuhan gerbang utama Kerajaan Majapahit. 

Letaknya yang di pesisir utara Pulau Jawa membuatnya berkembang menjadi sebuah pelabuhan penting di zaman Majapahit pada abad ke-14. Berlanjut pada masa kolonial, letak geografisnya yang sangat strategis membuat pemerintah Kolonial Belanda pada abad ke-19.

Di mana memposisikan nya sebagai pelabuhan utama yang berperan sebagai pusat pengumpulan dari rangkaian kegiatan terakhir. Yakni, pengumpulan hasil produksi perkebunan di ujung Timur Pulau Jawa, yang ada di daerah pedalaman untuk diekspor ke Eropa.(*)