Tak terasa bulan ramadhan yang istimewa, yang ditunggu seluruh umat Islam setiap tahunnya, sebentar lagi akan berlalu. Perasaan sedih dan enggan berpisah menyelimuti sebagian umat Islam. Tersebab singkatnya pertemuan, dan sedikitnya amal yang dikerjakan. 

Lalu apa yang harus dilakukan ketika ramadhan akan berlalu? 

Hal tersebut dijelaskan oleh Ustadzah Nuzuliah Ummu Nabil dalam kajian rutin bulanan Majelis Ta'lim (MT) Khoirunnisa bersama Majelis Ta'lim (MT) Al-Muttaqin, pada hari Senin tanggal 01 April 2024. Kajian rutin ini bertempat di mesjid Al-Muttaqin, Bendasari,  Kondang jaya, Karawang Timur. 

Kajian yang dihadiri jamaah dari MT Khoirunnisa dan MT Al-Muttaqin kurang lebih 50 orang ini dimulai pukul 09.00 wib. Dengan diawali pembacaan tawasul, surat yasin dan sholawat oleh perwakilan dari Majelis Ta'lim Al-Muttaqin. 

Kemudian acara dialihkan kepada Endah selaku pembawa acara. Susunan acara pun dibacakan, dilanjut dengan sapaan lewat pantun. 

Untuk menambah keberkahan acara, Yayat Rohayti dipersilahkan untuk membaca ayat suci Al-quran. 

Memasuki acara inti pemaparan materi oleh ustadzah Nuzuliah, terlihat antusias dari jamaah dengan mempersiapkan alat tulisnya. 
Foto: Ustadzah Nuzuliah

Dalam ceramahnya, ustadzah menyampaikan fakta di masyarakat ketika di sepuluh malam terakhir ramadhan.

Di sepuluh malam terakhir ramadhan (malam ganjil) terdapat malam-malam istimewa yaitu malam lailatul qodar. Dimana kita harus menyambutnya dengan memperbanyak amal ibadah. 

Namun, fakta yang terjadi umat Islam ketika berada disepuluh malam terakhir ramadhan, sibuk memenuhi tempat perbelanjaan atau mall -mall, untuk belanja kebutuhan hari raya idulfitri atau sekedar berbuka puasa di luar bersama keluarga. 

Sementara kita melihat shaf-shaf tarawih di bebeberapa mesjid mulai berkurang, hingga tersisa hanya 3-4 shaf saja. 

"Ramadhan itu ibarat perlombaan lari. Ketika hendak memasuki finish harus berlari sekencang-kencangnya, supaya jadi pemenang." jelas ustadzah. 

Begitu juga disepuluh malam terakhir ini kita harus berlari atau mengencangkan fastabiqul khoirotnya supaya jadi pemenang. 

Hal ini dicontohkan baginda yang mulia, suri tauladan umat Islam, Rosulullah saw. Ketika memasuki sepuluh malam terakhir ramadhan, beliau bersungguh-sungguh dalam beribadah, menghidupkan malam dengan ibadah dan beliau membangunkan keluarganya untuk beribadah. 

Dari Aisyah ra, ia berkata :

"Nabi saw bila memasuki sepuluh malam terakhir (dari bulan ramadhan),  beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya" (HR. Bukhari Muslim). 

Beberapa amalan yang bisa dilakukan diantaranya:

1. Tilawah

Rosulullah menyampaikan barangsiapa membaca satu huruf dalam Al-quran akan mendapat 1 kebaikan. Dimana 1 kebaikan akan dibalas pahala 10x lipat. Ditambah pahala di bulan ramadhan yang dilipatgandakan oleh Allah SWT. MasyaAllah

Apalagi kalau kita mengamalkan apa yang ada dalam Al-quran. Contohnya, perintah puasa dalam surat Al-Baqoroh ayat 183. Kita sebagai umat Islam pasti melaksanakannya, karena perintah dari Allah. 

Itu adalah sebagian dari perintah ibadah atau terkait hubungan manusia dengan Allah (hablumminallah) . 

Tapi ternyata dalam Al-quran bukan hanya perintah hablumminallah saja. Banyak juga perintah habluminafsi (perintah yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya), dan hablumminannas (perintah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain), yang meliputi kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat bahkan bernegara. 

Ustadzah menegaskan bahwa perintah itu harus diambil secara keseluruhan (kaffah) tidak boleh sebagian-sebagian.  Misalnya, perintah puasa dilaksanakan, sementara perintah untuk meninggalkan riba (QS. Al-Baqoroh:275) tidak dilaksanakan, malah keukeuh melakukan riba dengan alasan kebutuhan. 

2. Itikaf

Perbanyak itikaf di mesjid disepuluh malam terakhir ramadhan. Adapun untuk muslimah boleh beritikaf dengan syarat yang dibenarkan syara.

3. Tolabul ilmi

Tolabul ilmi atau menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim. Menuntut ilmu bisa dilakukan dengan mendatangi majelis ilmu atau bisa dengan mengikuti kajian-kajian online. 

4. Dakwah

Pentingnya dakwah walau kondisi berpuasa. 

Sebab, fakta menunjukkan, kejahatan meningkat selama bulan ramadhan. Kepolisian Republik Indonesia (Polri) ungkap kasus kriminal meningkat hingga 112 persen selama ramadhan (Jawapos.com, 22 maret 2024).

Belum lagi remaja yang melakukan aksi perang sarung di bulan ramadhan.  Di Depok contohnya, aksi perang sarung diikuti 50 orang dari 2 kelompok yang berbeda. Mereka kedapatan  membawa kayu, bambu, dan sarung yang diikat (CNNIndonesia, 16 maret 2024).

Oleh karena itu penting sekali untuk tetap beramar ma'ruf nahi munkar meski di bulan ramadhan. 

5. Jihad

Jihad dilakukan dalam kondisi puasa? ya, karena jihad perintah Allah. 

Sebagaimana banyak dicontohkan di masa Rosulullah.  Dimana ketika itu ada beberapa perang yang bertepatan dengan bulan ramadhan seperti, perang khandak, perang badar, perang tabuk dan juga fathu makkah. 

Rosulullah dan para sahabat pun walau kondisi berpuasa, pergi berjihad karena itu adalah perintah Allah. 

Penutup dari ustadzah, beliau mengajak para jamaah untuk memaksimalkan ibadah di bulan ramadhan, terutama di sepuluh malam terakhir sebelum ramadhan berlalu meninggalkan kita. 

Beliau pun mengingatkan kembali bahwa kita wajib melaksanakan apa yang Allah perintahkan dalam Al-quran secara keseluruhan (kaffah) bukan sebagian-sebagian. 

Selesai pemaparan materi, acara makin seru dengan sesi diskusi dengan jamaah. 

Masya Allah...meski banyak usia jamaah tak lagi muda alias para nenek, tapi semangat menuntut ilmunya mengalahkan mereka yang masih muda dan kuat. 

Setelah pembagian doorprize bagi para penanya, acara kajian pun ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Ibu Itoh dari MT Al-Muttaqin. 

Dengan ditutup pembacaan doa, maka acara kajian bulanan pun berakhir. 

Wallahua'lam.

Oleh : Yayat Rohayati

Jamaah Majelis Ta'lim Khoirunnisa Karawang