Scroll untuk melanjutkan membaca

Evaluasi Amalan Ramadhan

Meski bukan suatu keutamaan, menjadi kebiasaan di banyak masjid penurunun jumlah jama'ah taraweh yang termanifestasi pada shaf-shaf (barisan shalat) yang mengalami kemajuan atau kian hari kian berkurang. 

Padahal, jika saja disadari keutamaan Ramadhan dalam meraih pahala yang sedemikian berlipat ganda, maka kondisi semakin menjelang akhir adalah mengalami peningkatan atau kepadatan oleh jama'ah taraweh di setiap masjid.(10/3/25).
Foto ilustrasi bulan dalam keadaan sabit

Terlebih yang terdapat di bagian ujung Ramadhan, keistimewaan berupa kebaikan seribu bulan atau disebut "Lailatul Qadar" di sana.

Maka evaluasi menjadi bagian dari langkah menyadarkan kembali setiap Muslim untuk justru kian meningkatkan kualitas dan kuantitas amalannya. Saling wasiat-mewasiatkan kepada kebaikan di bulan Ramadhan.

Selain memungkinkan Ramadhan terakhir, memaksimalkan amalan dalam rangka meraih derajat tertinggi di akherat kelak serta meraih berbagai ampunan atas kesalahan-kesalahan dan kelalaian merupakan poin selanjutnya.

Pertama, I'tikaf. Meski bukan amalan khusus Ramadhan, I'tikaf di masjid dengan mengkonsentrasikan secara penuh ibadah kepada Tuhan adalah paling besar dan banyak dilakukan di bulan Ramadhan. Selain itu, meski ibadah dapat secara maksimal dilakukan di tempat lain, semisal wanita shalat di rumah yang memiliki derajat lebih tinggi dibanding laki-laki yang berjamaah di masjid, seseorang tetap tidak mendapatkan pahala i'tikaf jika tidak dilakukan di masjid.

Meski ada banyak amalan lain yang memungkinkan untuk diraih seperti mencuci piring dan membersihkan rumah sebagai bagian dari menjaga harta keluarga, patut disayangkan pahala i'tikaf yang memiliki keutamaan tersendiri seperti pembangunan (karakter) jiwa (yang tangguh) sebagaimana berbeda dengan pahala dari amalan sebelumnya tersebut.

Kedua, safar. Safar dalam rangka mencari ilmu adalah penting. Safar dalam rangka menghindari dunia seperti kebiasaan rutin di lingkungan yang identik dengan dunia seperti setiap hari bersenda gurau dengan teman-teman, penting disadari. Safar dalam rangka kekhusyukan ibadah juga penting, semisal di lingkungannya belum dapat menghidupkan nuansa islami maka melakukan perjalanan ke tempat yang terdapat kebiasaan-kebiasaan positif seperti majlis ilmu, ta'lim maupun taushiyyah-taushiyyah ba'da shubuh.

Ketiga, syukur. Poin penting dalam rangka memacu semangat dalam diri untuk beramal terlebih di bulan Ramadhan adalah bersyukur dan menyatakannya (sebegaimana terdapat dalam ayat terakhir Surat adl-Dluha). 

Amalan ini bisa berupa rasa syukur tidak terhingga di dalam hati, bisa juga berupa ucapakan, tentunya bisa juga perbuatan dengan melakukan kebaikan-kebaikan lain.

Contoh seseorang yang diberi kesehatan merasa bersyukur, kemudian dia secara sungguh mengucap al-Hamdulillah atas karunia tersebut selanjutnya dia berusaha untuk menghindari perilaku zhalim yang dapat merusak kesehatannya. Perilaku ini kemudian berlanjut dengan melaksanakan amalan-amalan yang disyariatkan yang tentunya memiliki banyak keutamaan kesehatan, seperti puasa, shalat dan lain sebagainya.

Maka bagaimanapun kondisi di sekitar, setiap Muslim senantiasa berada pada kebaikan. Setiap kesempatan dapat dimanfaatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Keutamaan amal dapat diraih sebagai kebaikan. 

Kondisi seperti lingkungan sebenarnya bukan hanya kebodohan yang perlu diberantas, namun juga atau kepintaran agar dilengkapi dengan amalan yang baik. Sebab kewaspadaan bagi manusia bukanlah kebodohan, maka memaksimalkan Ramadhan merupakan kewaspadaan yang yang tidak disadari atasnya adalah yang sesungguhnya.

Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)
Baca Juga

Berita YouTube

Berita Terbaru
  • Evaluasi Amalan Ramadhan
  • Evaluasi Amalan Ramadhan
  • Evaluasi Amalan Ramadhan
  • Evaluasi Amalan Ramadhan
  • Evaluasi Amalan Ramadhan
  • Evaluasi Amalan Ramadhan
Posting Komentar
Tutup Iklan