Breaking News :
Ekspor ke AS Membeku. Jeritan Pedagang China di Tengah Tsunami Tarif Trump

Ekspor ke AS Membeku. Jeritan Pedagang China di Tengah Tsunami Tarif Trump

Ribuan eksportir yang berkumpul di pameran dagang terbesar di Tiongkok, Canton Fair, harus menelan pil pahit. Di tengah ribuan booth yang berdiri megah di atas lahan seluas lebih dari 200 lapangan sepak bola, suara lirih keluhan terdengar dari para pelaku usaha. pasar Amerika Serikat telah "membeku."
Ekspor ke AS Membeku. Jeritan Pedagang China di Tengah Tsunami Tarif Trump

Candice Li, manajer pemasaran dari Conmo Electronic Co yang memproduksi alat kesehatan, mengaku pesimistis. "Ini soal hidup dan mati. Sekitar 60-70 persen bisnis kami bergantung pada klien dari AS," ujarnya di tengah sepinya pengunjung di stan mereka. "Barang tak bisa diekspor, pembayaran pun macet. Situasinya sangat serius."

Penyebab kekacauan ini adalah gelombang tarif baru dari Washington. Presiden AS Donald Trump awal April lalu menerapkan kenaikan tarif drastis hingga 145% untuk produk-produk asal Tiongkok, dan setidaknya 10% untuk negara lain. Tak pelak, gelombang proteksionisme ini mengguncang rantai pasok global dan yang paling terpukul, tentu saja Tiongkok.

Permintaan Anjlok, Pasar Membeku 
Bagi banyak eksportir, terutama yang selama ini mengandalkan pesanan dari AS, situasinya kian tidak menentu. Kobe Huang dari Shenzhen Landun Environmental Technology, produsen filter air dan toilet pintar, menggambarkan pasar AS sebagai “beku total.” "Klien belum membatalkan pesanan, tapi mereka minta ditunda. Kami hanya bisa menunggu," katanya.

Kondisi ini bahkan berdampak pada para pembeli dari AS. Levy Spence, presiden Air Esscentials, yang tengah mencari produk wewangian di pameran ini, mengaku bingung. "Setiap bangun tidur, tarif berubah. Harga akan naik, bahkan untuk barang yang komponennya dari negara lain," ujarnya pasrah.

Penurunan jumlah pembeli pun terasa nyata. Menurut panitia Canton Fair, jumlah pembeli asing yang terdaftar hingga 8 April mencapai 170.000 orang, menurun tajam dibanding edisi sebelumnya yang mencatat 253.000 pengunjung. Hanya sekitar 10% di antaranya berasal dari AS dan Eropa turun dari 20% pada pameran sebelumnya.

Strategi Diversifikasi dan Realita Pahit 
Sebagian eksportir mulai mengalihkan fokus mereka dari pasar AS, baik dengan mencari pasar baru maupun memindahkan lini produksi ke luar negeri. Namun strategi ini bukan tanpa risiko.

Henry Han dari Apexto Electronics Co menyebut bahwa porsi penjualan langsung ke AS kini hanya 10%, turun dari 30% sebelum pandemi. Mereka sempat merencanakan relokasi ke Vietnam atau Filipina untuk menghindari tarif AS. Namun, rencana itu batal setelah Trump juga 

menerapkan tarif 46% ke Vietnam dan 17% ke Filipina, sebelum akhirnya diturunkan jadi 10% sementara waktu.

Meski begitu, beberapa eksportir tetap mencoba bertahan. Zealot, produsen speaker yang sempat menerima pesanan 30.000 unit dari Skechers, kini harus mencari alternatif pasar setelah order tersebut dibekukan. Untungnya, Nigeria memberi harapan baru. "Kami sebesar JBL di Nigeria," kata David Du dari Zealot dengan bangga. Kini, 40% penjualan Zealot berasal dari sana, dengan pengiriman hingga 45 kontainer setiap bulan.

Namun, tidak semua seberuntung Zealot. Candice Li dari Conmo mengaku sulit mencari pasar pengganti dalam waktu singkat. Jika kondisi terus memburuk, ia khawatir perusahaannya akan memangkas jam kerja dan jumlah karyawan.

“Kalau terus begini, yang menderita adalah rakyat biasa,” ucap Li, lirih. “Gaji siapa yang akan dibayar? Pengangguran bisa meningkat.”(*)
BERITA TERKINI
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar