Breaking News :
Tekanan Global Membuat IHSG Masih di Zona Merah

Tekanan Global Membuat IHSG Masih di Zona Merah

Indeks Harga Saham Ganungan (IHSG) masih dalam tekanan karena faktor eksternal. IHSG masih berada di zona merah saat pembukaan perdagangan di level 5.978.
Ilustrasi. Papan elektronik berisi informasi pergerakan indeks harga saham yang bisa dipantau langsung di Main Hall Bursa Efek Indonesia

IHSG naik ke zona hijau di level 6.075 memasuki sesi pertama perdagangan. Namun menjelang jeda siang, IHSG kembali turun ke zona merah ke level 5.964.

Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman mengatakan, IHSG berpotensi melanjutkan koreksi hari ini. "Level support IHSG di rentang 5.650-5.900 dan level resist di rentang 6.050-6.100," kata Fanny, Rabu (9/4/2025).

Menurut Fannu, pelaku pasar masih mengkhawatirkan eskalasi perang dagang. Selain itu, masih terjadi aliran keluar modal asing dari pasar modal Indonesia.

"IHSG yang ditutup turun 7,9 persen hari Selasa kemarin,disertai dengan net sell (jual bersih) asing sebesar Rp3,69 triliun. Saham yang paling banyak dijual asing adalah BMRI, BBRI, BBCA, UNTR dan ADRO," ujar Fanny.

Perkembangan yang terjadi di global, tambah Fanny, akan mempengaruhi pergerakan indeks harga saham. Diantaranya kegelisahan investor meningkat menjelang tenggat waktu baru tarif impor Trump terhadap Tiongkok.

"Biaya produksi iPhone diperkirakan melonjak seiring pemberlakuan tarif baru terhadap Tiongkok. Gedung Putih mengkonfirmasi tarif kumulatif sebesar 104 persen terhadap barang asal Tiongkok mulai berlaku tepat lewat tengah malam waktu AS," ucap Fanny.

Tarif tersebut, di atas tarif dasar 10 persen yang telah lebih dulu diterapkan pada Sabtu lalu. Di sisi lain, Presiden Trump mengklaim melalui Truth Social bahwa dirinya melakukan ‘pembicaraan hebat’ dengan Presiden sementara Korea Selatan.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga menyatakan, sekitar 70 negara telah menghubungi AS untuk menjajaki negosiasi tarif. "Namun, euforia tersebut tak bertahan lama, sentimen pasar kembali negatif karena para pelaku pasar mencemaskan tarif baru yang akan diberlakukan," kata Fanny menutup analisisnya (*)
BERITA TERKINI
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar