India-Pakistan Sepakat Gencatan Senjata Usai Konflik Berdarah
Amerika Serikat: Lewat mediasi AS, India dan Pakistan hentikan serangan setelah puluhan warga sipil tewas dalam eskalasi terburuk antar dua negara nuklir itu.
India dan Pakistan akhirnya menyepakati gencatan senjata pada Sabtu (10/5), menyusul mediasi intensif oleh Amerika Serikat untuk mengakhiri konfrontasi militer paling serius antar dua negara bersenjata nuklir itu dalam beberapa dekade terakhir.
Kesepakatan ini datang setelah berminggu-minggu bentrokan bersenjata, serangan drone, dan peluncuran rudal lintas batas yang dipicu oleh penembakan massal terhadap para turis di Kashmir yang dikuasai India pada 22 April lalu. Serangan itu menewaskan 26 warga sipil,
sebagian besar turis Hindu, yang dituding India didalangi oleh Pakistan—klaim yang dibantah keras oleh Islamabad. Puluhan warga sipil di kedua negara tewas dalam konflik ini.
Presiden AS Donald Trump menjadi pihak pertama yang mengumumkan kabar gencatan senjata melalui platform Truth Social miliknya. “Senang mengumumkan bahwa India dan Pakistan telah sepakat menghentikan semua tindakan militer secara penuh dan segera. Selamat kepada kedua negara karena telah menggunakan akal sehat dan kecerdasan tinggi,” tulis Trump.
Menteri Luar Negeri Pakistan Ishaq Dar kemudian menegaskan pengumuman itu dalam siaran langsung di Geo News, seraya menyebut peran penting Arab Saudi dan Turki dalam memfasilitasi perundingan damai tersebut. Di sisi lain, Sekretaris Luar Negeri India Vikram Misri mengatakan bahwa kepala operasi militer dari kedua negara berbicara langsung pada Sabtu sore untuk mengonfirmasi perintah penghentian aksi militer di darat, laut, dan udara.
“Mereka sepakat menghentikan semua aksi tembak-menembak dan operasi militer. Perintah telah diberikan di masing-masing pihak untuk mengimplementasikan kesepakatan ini,” ujar Misri, seraya menambahkan bahwa pembicaraan lanjutan dijadwalkan pada 12 Mei mendatang.
*Ketegangan Memuncak Sebelum Kesepakatan :*
Namun sebelum kesepakatan ini diumumkan, situasi sempat memanas. Militer India mengklaim meluncurkan serangan udara terhadap pangkalan militer Pakistan setelah Islamabad menembakkan beberapa rudal jarak jauh ke wilayah Punjab, India. Kolonel Sofiya Qureshi mengatakan bahwa Pakistan menyerang fasilitas kesehatan dan sekolah di tiga pangkalan udara India di Kashmir.
“Kami memberikan balasan yang setimpal atas tindakan Pakistan,” tegasnya.
Sementara itu, Pakistan menyebut pihaknya menggunakan rudal Fateh jarak menengah untuk menyerang fasilitas penyimpanan rudal dan pangkalan udara India di Pathankot dan Udhampur.
Ledakan-ledakan besar juga terdengar di wilayah Kashmir yang dikuasai India, termasuk di Srinagar dan Jammu. Warga sipil seperti Mohammed Yasin mengaku ketakutan. “Anak-anak saya terbangun sambil menangis karena suara ledakan dan dentuman pesawat,” ujarnya.
Di kutip dari AP News Seorang analis senior dari International Crisis Group, Praveen Donthi, menilai bahwa belum ada deklarasi resmi perang, konflik antara India dan Pakistan telah menjurus ke arah itu.
“Ini menjadi perlombaan tanpa ampun untuk unjuk kekuatan militer tanpa arah strategis yang jelas. Mencari jalan keluar dari situasi ini sangat menantang,” ujarnya.
*Tekanan Internasional dan Peran Kunci AS :*
AS memainkan peran sentral dalam menghindari eskalasi lebih lanjut antara dua negara bersenjata nuklir tersebut. Rubio dan timnya terus menjalin komunikasi intensif, termasuk dengan Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan Jenderal Asim Munir, Menlu India Subrahmanyam Jaishankar, serta penasihat keamanan nasional dari kedua pihak.
Jurubicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, menambahkan bahwa AS mendesak kedua pihak untuk kembali membuka jalur komunikasi langsung guna mencegah kesalahan perhitungan yang bisa berujung bencana.
China dan negara-negara anggota G7 juga turut menyerukan penahanan diri. Serangan udara India ke Rawalpindi sempat mengejutkan dunia internasional, terutama karena fasilitas tersebut digunakan untuk menerima tamu kenegaraan, dan baru saja dikunjungi Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir beberapa jam sebelum serangan terjadi.
*Akar Konflik dan Dampak Sipil :*
Ketegangan terbaru ini dipicu oleh serangan di Kashmir yang dikuasai India bulan lalu, yang menewaskan 26 wisatawan, mayoritas umat Hindu. India menuduh kelompok militan Lashkar-e-Taiba yang berbasis di Pakistan sebagai pelaku, namun Islamabad membantah keras dan menyerukan penyelidikan independen.
Konflik ini menyebabkan gelombang pengungsian warga sipil dari zona perbatasan. Di Jammu, warga berdesakan naik kereta evakuasi khusus..
Berdasarkan Data Yang di rilis The Guardian, Pakistan juga mengklaim telah menembak jatuh 77 drone milik India. Sementara itu, beberapa laporan dari Pakistan menyebut India secara tidak sengaja membom wilayahnya sendiri di Amritsar klaim yang belum dapat diverifikasi secara independen.
*Konteks Sejarah dan Implikasi Regional*
Wilayah Kashmir telah lama menjadi sumber konflik utama antara India dan Pakistan sejak keduanya merdeka pada 1947. Sejak India mencabut status otonomi Kashmir pada 2019, kekerasan bersenjata di wilayah itu terus meningkat.
Konflik terbaru juga mengganggu penerbangan internasional. India menutup 32 bandara, sementara Pakistan menutup wilayah udaranya hingga,sedangkan Sekolah-sekolah di wilayah perbatasan juga ditutup, memengaruhi jutaan anak.
Gencatan senjata ini dipandang sebagai momen krusial untuk meredakan konflik yang berpotensi berkembang menjadi perang besar di Asia Selatan. Dunia kini menantikan apakah India dan Pakistan akan mematuhi kesepakatan ini dan membuka jalan bagi dialog damai yang lebih luas.(*)