Iron Dome Diduga Jebol, Rudal Iran Kembali Serang Israel
Iran : Iran dilaporkan kembali meluncurkan serangan rudal ke Israel pada Jumat, 20 Juni 2025, mengakibatkan sedikitnya 17 orang terluka.
Serangan ini menyasar sejumlah wilayah seperti Beersheba, Haifa, dan distrik Dan. Militer Israel mengonfirmasi sirene peringatan terdengar di beberapa daerah, menyusul peluncuran rudal dari Teheran.
Layanan darurat Israel menyebut kota pelabuhan Haifa dan distrik Dan di utara termasuk yang terdampak. Serangan ini menjadi yang kedua berturut-turut dalam dua hari terakhir terhadap wilayah Beersheba, wilayah yang sebelumnya dianggap aman.
"Sistem pertahanan Iron Dome diduga mengalami gangguan sehingga tidak berhasil mencegat seluruh rudal," ujar sumber militer Israel melalui Telegram.
Dari total korban, tiga di antaranya mengalami luka serius. Salah satu korban adalah remaja laki-laki berusia 16 tahun yang terkena pecahan peluru. Rekaman dari rumah sakit Rambam di Haifa memperlihatkan para korban dibawa dengan tandu ke fasilitas medis tersebut.
Media sosial pada Jumat juga menunjukkan gumpalan asap membumbung di atas Haifa. Suara ledakan terdengar keras dari berbagai sudut kota.
Soroka Medical Center melaporkan tujuh korban luka ringan pada Jumat pagi akibat kepanikan saat berlari ke tempat perlindungan di Beersheba. Semua korban telah dievakuasi ke rumah sakit.
"Kami menyiapkan dua titik perawatan korban dan melakukan pemeriksaan medis terhadap warga yang keluar dari gedung," ungkap Dvir Ben Ze'ev, paramedis Magen David Adom (MDA) di Beersheba.
Ia menambahkan bahwa ia dan timnya melihat asap pekat dan kendaraan terbakar saat tiba di lokasi kejadian.
Serangan ini turut memicu kekhawatiran global akan dampaknya terhadap stabilitas energi dunia. Iran dikenal sebagai salah satu negara penghasil dan pengekspor minyak terbesar dunia.
Pakar Ekonomi Internasional Universitas Airlangga, Rossanto Dwi Handoyo, mengatakan perang Iran-Israel yang berkepanjangan berpotensi mengguncang pasokan minyak global. Dalam wawancara dengan Pro3 RRI, Rossanto menyebut jika konflik ini terus berlanjut, ekspor minyak Iran sebesar 2,5 juta barel per hari bisa terganggu.
“Sudah satu minggu naiknya hampir 10% dan sudah hampir sekitar 76 dolar per barel. Hal ini diakibatkan perang kembali memuncak antara Israel-Iran,” kata Rossanto, Jumat, 20 Juni 2025.
Ia juga menyoroti kemungkinan ditutupnya Selat Hormuz, jalur penting logistik minyak dunia. “Jika jalur Hormuz ditutup berarti perdagangan minyak bumi dari Asia ke Eropa otomatis terhenti. Harganya akan meningkat. Biaya logistik juga diprediksi akan meningkat dua sampai tiga kali lipat dan tentunya akan mempengaruhi rantai pasok dunia,” jelas Rossanto.
Ketegangan yang terus meningkat antara kedua negara dikhawatirkan akan membawa dampak jangka panjang, baik secara regional maupun global.(*)
