Breaking News
---

DIRGAHAYU NEGERI KU....MERDEKA-MERDEKA-MERDEKA

PELITA KARAWANG ON LINE-.TAHUN 2010, Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus jatuh bersamaan dengan bulan Ramadan 1431H.Perputaran waktu memang silih berganti dan pasti ada hikmah di balik semua.Nuansa lain dalam memperingati hari kemerdekaan dibanding tahun-tahun sebelumnya di harapkan terwujudnya nasionalisme,religius dan rasa patriotisme bangsa dan di negera ini tumbuh kembali.Semoga kekuatan 3 kontek tadi bisa dan sehingga membuka romantisme sejarah Indonesia yang mengisi kemerdekaan dengan pembangunan di segala aspek.

Bagi beberapa orang, yang sempat menjadi saksi hidup Proklamasi Indonesia 45, melewati tahun ini seolah-olah kembali menyaksikan perjuangan hebat bangsa Indonesia merebut kemerdekaan dari penjajah.Di masa itu terjadi semua penuh haru, emosional, dan patriotis serta pertumpahan darah ke bumi pertiwi tercinta.Enam puluh lima tahun lalu, Soekarno didampingi Mohammad Hatta membacakan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta tepat pukul 10.00.

Bukan sebuah kebetulan jika hari itu juga tepat menginjak hari ke-17 bulan suci Ramadan. Umat Islam Indonesia, di tengah-tengah peristiwa penting itu sedang menunaikan ibadah shaum.Dan tentu saja, proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut disambut dengan uraian air mata kebahagiaan dan penuh rasa syukur pada Sang Kholik.

Hal yang menarik bila di kaitakan satu peristiwa ke peristiwa lain,misal tanggal 17 Ramadan diyakini sebagai malam turunnya Alquran, Nuzulul Quran yaitu satu Malam penuh keberkahan dan rahmat tiada terkira yang diturunkan Allah SWT.

Lalu,Proklamasi 17 Agustus 1945 yang tepat jatuh pada 17 Ramadan dipenuhi dengan harapan sama, yakni penuh berkah dan rahmat yang akan menuntun bangsa Indonesia meraih kejayaan dan kemakmuran bangsa dan negara.

Namun tentu saja, itu semua akan tercapai jika bangsa Indonesia selalu berjalan di atas rel kebenaran dan kebajikan.Kemerdekaan Indonesia adalah berkah dan rahmat Allah SWT yang sangat besar.Secara eksplisit, ungkapan syukur itu dituangkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ketiga. Yang berbnuyi "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya."

Terbayangkah,bagaimana panjangnya perjuangan menegakkan kemerdekaan sejak pertama kali bangsa penjajah menginjakkan kakinya di tanah air tercinta ini.jelas pasti terbayang para pahlawan yang maju ke medan pertempuran tanpa takut, berharap mendapat satu dari dua keutamaan, gugur sebagai syuhada atau hidup sebagai manusia merdeka.
Para pahlawan itu, seperti Teuku Umar dan Cut Nyak Dien dari Aceh, Tuanku Imam Bonjol dari Tanah Minang, Sisingamangaraja dari Tapanuli, Sultan Agung Tirtayasa dari Banten, Pangeran Diponegoro dan Kyai Maja dari Yogyakarta, Sultan Hasanuddin dari Makasar, Pangeran Antasari dari Banjar, Kapitan Pattimura dari Maluku, dan ribuan tokoh lainnya, telah memberikan teladan kepahlawanan yang tidak lekang dimakan waktu.

Perjuangan itu terus berlangsung dari generasi ke generasi, hingga kemudian menemui titik puncaknya pada 17 Agustus 1945.Semangat perjuangan bangsa Indonesia tidak lepas dari ruh jihad umat ,tercatat dengan tinta emas para pemimpin pesantren dan santri-santrinya bergerak di barisan terdepan,para tokoh agama serta masyarakat kala itu.

Mereka berpejuang begitu dahsyat menunjukkan kecintaannya pada negeri nan indah ini. Kecintaan pada tanah air yang didorong oleh titah Tuhan untuk senantiasa dijaga, dimakmurkan, dan disejahterakan dengan penuh ketundukkan, bukan dengan basis penjajahan.

Ramadhan memberikan inspirasi yang luar biasa pada perjuangan untuk memerdekakan diri dari penjajahan. Umat Islam Indonesia telah melihat suri teladan mereka, Rasulullah Muhammad SAW, berjihad dengan porsi yang lebih besar di bulan Ramadan. Peristiwa-peristiwa besar yang menghiasi alur sejarah Rasul SAW banyak terjadi di bulan Ramadan, seperti perang Badar, perang Tabuk, Futuh Mekah, dan penaklukan Andalusia.

Kenyataan ini menunjukkan bagaimana shaum, ibadah yang menuntut ketahanan fisik dan mental karena dilakukan dengan menahan makan dan minum, justru menyuntikkan motivasi berlipat untuk meraih pahala kebajikan,itulah bukti puasa memerdekaan umat dari perbuatan keji dan munkar

Kini, peringatan kemerdekaan Indonesia kembali bersatu dengan Ramadan.apakah sebuah keniscayaan untuk menempatkan ruh perjuangan yang sama dengan keadaan 65 tahun silam. Yang berbeda adalah pelaku atau pelakon yang menjalaninya.

Memang kondisi objektif sekarang jauh berbeda dengan keadaan dahulu. tidak adil rasanya membanding-bandingkan dua keadaan yang berbeda itu. Tetapi, pemaknaan dan suasana kejiwaan yang sempat menjelma dahulu dalam dada bangsa Indonesia umumnya dan umat Islam Indonesia khususnya, layak diwariskan.

Ramadhan berarti panas yang membakar. Biasanya setiap Ramadhan tiba selalu bertepatan keadaan musim yang panas. Tetapi akan lebih baik jika memahami arti Ramadan secara terminologis, bahwa Ramadan adalah bulan yang akan membakar dosa-dosa kita dan menjauhkan kita dari siksa api neraka. Keadaan bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami krisis moral yang berkepanjangan. Banyak kasus dan masalah moral yang menggerogoti bangsa ini.

Jika kemudian perjalanan bangsa ini menuju kejayaan begitu sulit dan terbata-bata missal di alam repormasi , mungkin karena beban dosa dan maksiat yang begitu berat ditanggung Ibu Pertiwi.

Umar bin Khattab pernah berkata “bahwa kegagalan atau kejatuhan seseorang itu bukan karena ia kurang dalam beramal shaleh, tetapi karena ia terlalu banyak melakukan dosa dan maksiat”. Begitu pula kalau kita nisbatkan dengan bangsa ini, yang masih tersendat-sendat dalam berjalan atau malah dihantam dengan berbagai musibah, tidak jauh karena memang terlalu banyak dosa.

Untuk itu, di waktu yang suci ini, di bulan penuh maghfirah dan pintu tobat terbuka lebar, bertepatan dengan semangat juang patriotisme proklamasi kemerdekaan Indonesia, tidak salah jika kita menundukkan kepala dan hati untuk memohon ampunan Allah SWT. Keikhlasan dalam bertaubat akan mengundang kebaikan dan rahmat-Nya.

Tidak perlu malu para koruptor atau para penguasa yang merasa berdosa besar untuk mengakui dosa dan kesalahan, karena Tuhan Maha Pengasih dan Pemaaf.,yakinlah bangsa Indonesia akan berjaya kembali menjadi negeri impian, baldatun thayyibatun wa robbun ghafur. Amin.

Kemerdekaan Indonesia sejujurnya hanya dirasakan kelompok masyarakat yang memiliki akses tertentu. Sementara masyarakat lain masih terpilah-pilah bahkan terbelah terasa di saat mereka kurang merasakan kesejahteraan yang dibarengi teriakan-teriakan di mana-mana. Janganlah kemunafikan di pertontonkan,perbuatan gibah di anggap benar,semua bisa di nialai “hanya dongeng bagi anak kecil dan umpan tuk mencapai derajat kemaksiatan yang kejar dan di berikan untuk rakyat yang teraniyaya.Siapa yang salah atas yang terjadi?...jawabannya hanya nurani yang tak pernah berbohong.

Yang perlu sangat di kritis saat ini adalah “para politikus”,yang seharusnya memikirkan kesejahteraan rakyat, karena mereka dipilih oleh masyarakat.ingat para politikus atau para legislator jangan terlalu sibuk memikirkan parliamentary threshold di tengah kondisi yang memprihatinkan di masyarakat.maaf saatnya para poltikus tertentu dan bejad untuk memerdekaan diri, jiwa dan raga dari kerakusan yang selalu tak terasa dibumbui fitnah atau gibah.

Bangsa ku kini saatnya,Mari bangun negeri,bangkitlah untuk negeri tercinta dan berbuat bersama demi kemakmuran …saatnya kita harus bisa memerdekaan diri dan jiwa serta tanamkan kasih saying antar sesama.amin.

Dirgahayu negeriku…Rahayu jiwa raga bangsa dan Negaraku...amin//.(J.Kusumah,ES)
Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan