Ingin Cetak Sejarah Baru di Thailand, "Partai Thaksin" Calonkan si Cantik Yingluck Shinawatra
PELITAKARAWANG.COM-.DALAM politik, Yingluck Shinawatra memang masih dianggap bau kencur. Tapi, Phue Thai Party (PTP), salah satu partai yang akan berlaga dalam pemilu di Thailand awal bulan depan, tetap menunjuk adik kandung mantan PM Thaksin Shinawatra itu sebagai calon nomor 1. Mengapa?
Meski dalam politik terbilang masih baru, nama Yingluck sudah familier di kalangan masyarakat Thailand. Apalagi kalau bukan gara-gara nama keluarga Shinawatra yang melekat pada perempuan 43 tahun tersebut. Ayah serta beberapa saudaranya lebih dulu dikenal sebagai politikus. Terutama Thaksin Shinawatra, kakaknya yang menjadi perdana menteri (PM) sejak 2001 dan dikudeta militer pada 2006.
Paduan sosok Yingluck yang fresh di dunia politik serta nama besar Shinawatra itulah yang "dijual" Phue Thai Party (PTP) demi mendulang suara dalam pemilu 3 Juli mendatang. "Orang-orang sudah bosan dengan politisi sekarang. Kalau ada orang baru, apalagi perempuan, pasti akan menarik perhatian," terang Wakil Ketua PTP Kanawat Wasinsangworn ketika ditemui di kantor PTP di kawasan Petchburi, Bangkok, Thailand.
Poin positif lainnya adalah Yingluck membuka peluang bagi Thailand untuk mencatatkan sejarah. Jika menang, dia akan menjadi PM perempuan pertama di Thailand. "Saya yakin banyak orang yang menginginkan ini. Apalagi banyak negara lain yang sudah dipimpin perempuan. Indonesia punya Megawati, bukan?" ujarnya. Kanawat percaya hal itu akan menarik orang untuk mendukung.
Untuk urusan politik, Yingluck memang bau kencur alias tak berpengalaman. Tapi, kemampuannya dalam sisi manajerial sudah terbukti. Perempuan alumnus master of political science dari Kentucky State University, AS, itu memimpin beberapa perusahaan keluarga, termasuk Shinawatra Directories Co Ltd. "Dia sukses memimpin perusahaan. Kemampuan itu juga dibutuhkan untuk kursi perdana menteri," terang Kanawat.
Dulu, Yingluck juga sempat menjadi managing director Advanced Info Service (AIS) PCL, perusahaan telekomunikasi keluarganya. Namun, pada 2005, dia menjual sahamnya dan mendapat keuntungan besar. Gara-gara penjualan tersebut, dia sempat diperiksa komisi keuangan dan sekuritas Thailand. Namun, dugaan dia memanfaatkan orang dalam untuk mengeruk keuntungan tidak terbukti.
Menurut Kanawat, sejak lama partainya berusaha merayu Yingluck untuk maju sebagai kandidat perdana menteri. Namun, Yingluck terus-menerus menolak. Alasannya, perempuan yang kini aktif sebagai komisaris Yayasan Thaicom tersebut sakit hati atas sikap militer Thailand yang menggulingkan paksa pemerintahan sang kakak. Sejak dikudeta, Thaksin mengasingkan diri demi menghindari jerat hukum di negaranya.
Baru setahun kemudian Yingluck mau mempertimbangkan tawaran itu. PTP berharap pencalonan Yingluck tidak hanya akan mengembalikan suara para pendukung Thaksin dari kalangan menengah ke bawah, tapi juga menarik suara baru. "Kami mengincar pemilih perempuan muda," tegas Kanawat. Jumlah pemilih tipe itu lumayan banyak. Mencapai 5 juta suara atau 10 persen di antara total pemilih.
Kesediaan Yingluck sebenarnya tidak terprediksi. Karena itu, PTP sudah menyiapkan beberapa nama untuk cadangan. "Tapi, kami memang ingin dia. Jadi, kami intens mendekatinya," katanya.
Namun, Thamrongsak Petchlertanan Asst Prof PhD, pengajar di Political Science Department, Rangsit University, Thailand, mengungkapkan, penunjukan Yingluck merupakan kehendak Thaksin. "Saya yakin, yang menginginkan Yingluck maju adalah Thaksin. Dia punya kepentingan," tegasnya.
Meski Thaksin kini berpindah dari satu negara ke negara lain karena tidak berhasil mendapatkan suaka, pria 61 tahun itulah yang menggerakkan PTP, termasuk menentukan kebijakan partai tersebut. "Jadi, PTP selalu menunggu perintah dari Thaksin," lanjut dia.
Banyak yang menyatakan, jika terpilih, Yingluck tak ubahnya hanya menjadi boneka yang digerakkan Thaksin. Itulah yang membuat beberapa kalangan, terutama dari kelas menengah yang kecewa atas kepemimpinan Thaksin, tidak merespons positif pencalonan Yingluck. Apalagi Thaksin pernah melontarkan pernyataan bahwa Yingluck adalah kloningan dirinya.
Tapi, hal itu berkali-kali dibantah Yingluck. Dia mengungkapkan, banyak pendidikan yang diperoleh dari sang kakak, baik untuk politik maupun bisnis. Namun, sebagai individu, dirinya punya metode pengambilan keputusan yang berbeda. "Kalau memang dibutuhkan, dia pasti akan meminta nasihat kepada kakaknya. Tapi, hanya sebatas itu. Keputusan akan tetap diambil Yingluck sendiri," tutur Kanawat.
Menurut dia, dirinya sudah lama mengenal dan bekerja sama dengan Yingluck. Pria yang pernah menjadi wakil menteri information, communication, and technology (ICT) pada masa pemerintahan Thaksin tersebut menganggap Yingluck memiliki kapabilitas sebagai pemimpin negara. "Dia itu berpengalaman, pintar, dan baik. Perempuan itu lebih mudah merangkul banyak orang dibanding laki-laki," katanya.
Soal sosoknya sebagai ibu satu anak, Kanawat yakin hal tersebut tidak akan menjadi ganjalan. "Tentu saja keluarganya akan kehilangan sedikit waktu dengan dia. Tapi, mereka pasti sudah membicarakan hal tersebut," jelasnya. Yingluck beberapa kali menegaskan kepada media bahwa keluarga, terutama sang anak, Supasek, yang masih berusia sembilan tahun, mendukung penuh.
Yingluck menikah dengan Anusorn Amornchat yang tercatat sebagai managing director M Link Asia Corporation yang juga tercatat sebagai perusahaan keluarga milik klan Shinawatra. Namun, sosok Anusorn tidak terlalu banyak tampil di hadapan media. Setiap berkeliling kampanye, Yingluck lebih sering terlihat bersama si buah hati yang tampak menikmati setiap perhatian yang terarah kepada sang bunda. (c5/kum).
Paduan sosok Yingluck yang fresh di dunia politik serta nama besar Shinawatra itulah yang "dijual" Phue Thai Party (PTP) demi mendulang suara dalam pemilu 3 Juli mendatang. "Orang-orang sudah bosan dengan politisi sekarang. Kalau ada orang baru, apalagi perempuan, pasti akan menarik perhatian," terang Wakil Ketua PTP Kanawat Wasinsangworn ketika ditemui di kantor PTP di kawasan Petchburi, Bangkok, Thailand.
Poin positif lainnya adalah Yingluck membuka peluang bagi Thailand untuk mencatatkan sejarah. Jika menang, dia akan menjadi PM perempuan pertama di Thailand. "Saya yakin banyak orang yang menginginkan ini. Apalagi banyak negara lain yang sudah dipimpin perempuan. Indonesia punya Megawati, bukan?" ujarnya. Kanawat percaya hal itu akan menarik orang untuk mendukung.
Untuk urusan politik, Yingluck memang bau kencur alias tak berpengalaman. Tapi, kemampuannya dalam sisi manajerial sudah terbukti. Perempuan alumnus master of political science dari Kentucky State University, AS, itu memimpin beberapa perusahaan keluarga, termasuk Shinawatra Directories Co Ltd. "Dia sukses memimpin perusahaan. Kemampuan itu juga dibutuhkan untuk kursi perdana menteri," terang Kanawat.
Dulu, Yingluck juga sempat menjadi managing director Advanced Info Service (AIS) PCL, perusahaan telekomunikasi keluarganya. Namun, pada 2005, dia menjual sahamnya dan mendapat keuntungan besar. Gara-gara penjualan tersebut, dia sempat diperiksa komisi keuangan dan sekuritas Thailand. Namun, dugaan dia memanfaatkan orang dalam untuk mengeruk keuntungan tidak terbukti.
Menurut Kanawat, sejak lama partainya berusaha merayu Yingluck untuk maju sebagai kandidat perdana menteri. Namun, Yingluck terus-menerus menolak. Alasannya, perempuan yang kini aktif sebagai komisaris Yayasan Thaicom tersebut sakit hati atas sikap militer Thailand yang menggulingkan paksa pemerintahan sang kakak. Sejak dikudeta, Thaksin mengasingkan diri demi menghindari jerat hukum di negaranya.
Baru setahun kemudian Yingluck mau mempertimbangkan tawaran itu. PTP berharap pencalonan Yingluck tidak hanya akan mengembalikan suara para pendukung Thaksin dari kalangan menengah ke bawah, tapi juga menarik suara baru. "Kami mengincar pemilih perempuan muda," tegas Kanawat. Jumlah pemilih tipe itu lumayan banyak. Mencapai 5 juta suara atau 10 persen di antara total pemilih.
Kesediaan Yingluck sebenarnya tidak terprediksi. Karena itu, PTP sudah menyiapkan beberapa nama untuk cadangan. "Tapi, kami memang ingin dia. Jadi, kami intens mendekatinya," katanya.
Namun, Thamrongsak Petchlertanan Asst Prof PhD, pengajar di Political Science Department, Rangsit University, Thailand, mengungkapkan, penunjukan Yingluck merupakan kehendak Thaksin. "Saya yakin, yang menginginkan Yingluck maju adalah Thaksin. Dia punya kepentingan," tegasnya.
Meski Thaksin kini berpindah dari satu negara ke negara lain karena tidak berhasil mendapatkan suaka, pria 61 tahun itulah yang menggerakkan PTP, termasuk menentukan kebijakan partai tersebut. "Jadi, PTP selalu menunggu perintah dari Thaksin," lanjut dia.
Banyak yang menyatakan, jika terpilih, Yingluck tak ubahnya hanya menjadi boneka yang digerakkan Thaksin. Itulah yang membuat beberapa kalangan, terutama dari kelas menengah yang kecewa atas kepemimpinan Thaksin, tidak merespons positif pencalonan Yingluck. Apalagi Thaksin pernah melontarkan pernyataan bahwa Yingluck adalah kloningan dirinya.
Tapi, hal itu berkali-kali dibantah Yingluck. Dia mengungkapkan, banyak pendidikan yang diperoleh dari sang kakak, baik untuk politik maupun bisnis. Namun, sebagai individu, dirinya punya metode pengambilan keputusan yang berbeda. "Kalau memang dibutuhkan, dia pasti akan meminta nasihat kepada kakaknya. Tapi, hanya sebatas itu. Keputusan akan tetap diambil Yingluck sendiri," tutur Kanawat.
Menurut dia, dirinya sudah lama mengenal dan bekerja sama dengan Yingluck. Pria yang pernah menjadi wakil menteri information, communication, and technology (ICT) pada masa pemerintahan Thaksin tersebut menganggap Yingluck memiliki kapabilitas sebagai pemimpin negara. "Dia itu berpengalaman, pintar, dan baik. Perempuan itu lebih mudah merangkul banyak orang dibanding laki-laki," katanya.
Soal sosoknya sebagai ibu satu anak, Kanawat yakin hal tersebut tidak akan menjadi ganjalan. "Tentu saja keluarganya akan kehilangan sedikit waktu dengan dia. Tapi, mereka pasti sudah membicarakan hal tersebut," jelasnya. Yingluck beberapa kali menegaskan kepada media bahwa keluarga, terutama sang anak, Supasek, yang masih berusia sembilan tahun, mendukung penuh.
Yingluck menikah dengan Anusorn Amornchat yang tercatat sebagai managing director M Link Asia Corporation yang juga tercatat sebagai perusahaan keluarga milik klan Shinawatra. Namun, sosok Anusorn tidak terlalu banyak tampil di hadapan media. Setiap berkeliling kampanye, Yingluck lebih sering terlihat bersama si buah hati yang tampak menikmati setiap perhatian yang terarah kepada sang bunda. (c5/kum).
