Jakarta-PELITAKARAWANG.COM : Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Suroyo Alimoeso mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan opsi-opsi kenaikan tarif angkutan penumpang. "Kajiannya kita sudah ada, opsinya naik sekian-sekian kita sudah ada," ujar Suroyo Alimoeso di gedung Kementerian Perhubungan, Jakarta, Jumat (10/5). Opsi itu dipilih saat harga BBM naik.

Suroyo mengungkapkan, pengumuman kenaikan tarif angkutan masih menunggu besaran penaikan harga BBM bersubsidi. Untuk melihat dampak terhadap pola tarif yang berlaku baik untuk angkutan barang, penumpang, maupun penyeberangan. "Tahu-tahu BBM enggak naik kan percuma opsi itu," kata Suroyo.

Selain faktor BBM bersubsidi, pertimbangan penaikan tarif angkutan penumpang didasari tarif yang belum ada penyeusaian sejak 2009. Padahal, Suroyo mengakui, pengusaha angkutan umum sudah mengalami berbagai kendala. Seperti infrastruktur jalan yang tidak bagus, sehingga berdampak terhadap masa pakai ban yang semakin cepat dan penggantian suku cadang lain. 

Belum lagi, harga ban cenderung mengikuti kurs dollar Amerika Serikat karena masih banyak yang impor. "Mereka sebenarnya mengingkan (naik), tapi masyarakat belum bisa mengejar," kata Suroyo. Suroyo mengungkapkan, akan ada perhitungan berdasarkan tarif jarak per kilometer. 

Terkait besaran kenaikan, Organisasi Angkutan Darat (Organda) menyatakan apabila BBM bersubsidi dinaikkan sampai Rp6.000 pihaknya meminta penaikan tarif sebesar 30-35 persen. Berlaku bukan hanya untuk angkutan umum jenis ekonomi.

"Ngomong kenaikan kan gampang tapi hitungannya 30 persen itu berapa? Makannya kita menggunakan tarif jarak per kilometer. Nanti, seandainya Jakarta-Solo jaraknya 300 kilometer tarif per penumpang kilometernya dikalikan, baru ditambah Jasa Raharja dan lainnya," kata Suroyo. (Anshar Dwi Wibowo/metrotv) .www.pelitakarawang.com