KARAWANG, PEKA - Menyedihkan kondisi Kabupaten Karawang saat ini. Ternyata bukan Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat saja yang langganan banjir.

Ilustrasi Banjir Bandang di Karawang
Namun,  Kampung Cicangor, Desa Kutamaneuh, Kecamatan Tegalwaru, dibagian Karawang Selatan pun dilanda banjir bandang.
Akibat itu, puluhan rumah,  lahan pertanian, serta belasan hewan ternak  ikut hanyut terbawa derasnya  arus banjir. Meski tidak ada korban jiwa, akan tetapi kerugian akibat banjir bandang tersebut diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.

Ajar, warga setempat mengatakan, hujan lebat disertai petir melanda kampungnya pada Sabtu (25/2) sejak siang hingga petang. Sekitar pukul 18.00 WIB, tiba tiba aliran sungai Cicangor meluap disertai lumpur memasuki pekarangan hingga tembus ke pemukiman warga.

Akibatnya, warga tak sempat menyelamatkan harta benda miliknya. Bahkan, air menyapu kandang kambing tetangganya dan membuat puluhan hewan ternak hanyut terbawa air bah.

"Air deras masuk rumah menyapu isi rumah. Kami pun berlarian menyelamatkan diri," katanya, Minggu (26/2) pagi.

Menurutnya, hingga malam, warga terpaksa tidur di tempat yang aman karena takut adanya banjir bandang susulan." Baru minggu pagi kami beres-beres rumah," ujarnya.

Pagi hari itu, lanjut dia, baru diketahui ada sekitar 20 rumah warga yang disapu air bah. kendati tidak sampai roboh, namun air menghanyutkan seisi rumah warga. " Kambing, kasur, TV, lemari dan pakaian banyak ditemukan jauh dari lokasi awal. baru 8 kambing ditemukan mati, sisanya entah kemana," ungkapnya.

A Wijaya, aktivis lingkungan Pepeling, mengatakan, cuaca ekstrim dan minimnya serapan air karena maraknya alih fungsi lahan hutan di Kampung Cicangor diduga menjadi penyebab banjir bandang itu terjadi.

“Banjir bandang di desa kutamaneuh sangat memprihatinkan bagi kami Pepeling mengingat kejadian ini jarang terjadi, banjir ini terjadi karena curah hujan yang begitu deras dan cukup lama di tambah dengan telah rusaknya hutan sebagai fungsi serapan air,” ujar Ajay.

Banjir bandang tersebut merupakan bencana banjir yang kedua kalinya di daerah tersebut. Ajay mengatakan kejadian tersebut juga merupakan efek dari terus-menerusnya pengerusakan alam yang dibiarkan oleh Pemkab Karawang.

Menurutnya semua pihak harus ikut bertanggung jawab dengan semakin seringnya bencana alam yang terjadi di Karawang Selatan. Terlebih, diketahui saat ini Karawang Sealatan merupakan daerah yang akan digenjot untuk kepentingan pusat agro wisata di Karawang.

“Semua pihak harus merasa bertanggungjawab dan lebih peduli lagi betapa pentingnya sebuah kelestarian alam. Terutama Pemerintah mengingat sebagai pemegang regulasi ,” katanya.

Ia juga mengajak semua pihak untuk kembali mulai peduli terhadap kerusakan alam di Karawang. Kaerena dikatakannya, permasalahan rusaknya alam menyangkut hajat hidup manusia di kemudian hari.

“Alam ini adalah titipan yang harus kita jaga dan kita melestarikan untuk kita wariskan ke generasi kita selanjutnya, bukan hanya mementingkan hari ini karena yang hidup di alam ini bukan hanya kita yang hidup saat ini, tapi alam akan juga ditempati oleh generasi berikutnya setelah kita,” katanya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang, Banuara Nadaek, mengingatkan cuaca ekstri akan terus mengguyur Karawang sampai akhir bulan Maret mendatang. Untuk mengantisifasi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, BPBD Karawang memperpanjang status tanggap darurat hingga akhir bulan maret dari sebelumnya yang berakhir pada awal tahun 2017 lalu.

"Kita sudah mempersiapkan satgas yang ada di beberapa daerah rawan bencana, yang dikolaborasikan dengan tagana Dinsos dan para relawan lain, " tandasnya.#oca-novi.