BANDUNG-.Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat mencatat sepanjang 2017 sebanyak 126 Warga Jawa Barat terjangkit virus Difteri dan 15 orang dinyatakan meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Dodo Suhendar mengatakan, pihaknya telah menetapkan 15 wilayah di Jabar berstatus kejadian luar biasa (KLB). Sejauh ini Dinkes Jabar memperluas status KLB hingga Sukabumi. Pasalnya di daerah itu banyak terjadi kasus Difteri.
"Dari 252 kasus Difteri di Jawa Barat ternyata setengahnya dinyatakan negatif,"kata Dodo kepada wartawan di Bandung, Sabtu, (6/1/2018)
Dinkes Jabar memberikan pencegahan dini terhadap wilayah yang dinyatakan terjangkit virus Difteri. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk memutus rangkaian penularan dengan menerapkan Outbreak Respons Immunitations (ORI).
Dia mengaku pencanangan pemberian anti virus Difteri mengalami keterlambatan karena kurangnya suplai vaksin di wilayah Jawa Barat.
"Untuk tahun ini rencana pencanangan pemberian vaksin anti Diftery akan dilakukan pada Februari 2018,"tutur Dodo.
Dinkes Jabar juga memberikan Anti Dhipteria Serum (ADS) kepada masyarakat yang dinyatakan positif terkena virus Diftery. Sedangkan yang baru terkena gejala saja diberikan anti biotik.
Dodo menambahkan pemberian vaksin anti Difteri akan dilakukan di setiap sekolah yang ada di Jawa Barat. Pasalnya, virus ini sangat rentan menyerang usia 1-15 tahun. 
"Rata-rata virus ini menyerang usia anak sekolah. Ke depannya kita akan vokus memberikan vaksin anti Diftery di beberapa sekolah,"terang Dodo.
Dodo menjelaskan, gejala terserang virus Diftery salah satunya suhu panas tubuh yang tinggi dan berlangsung lama.  Namun dengan kesadaran masyarakat, biasanya langsung memeriksakan ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
"Jika suhu tubuh tinggi lebih baik secepatnya diperiksa ke rumah sakit atau puskesmas terdekat sehingga bisa diketahui apakah itu positif terkena Difteri atau tidak,"pungkasnya.