PELITAKARAWANG.COM-.COVID-19 adalah penyakit yang menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan menurut WHO penyebarannya sudah sampai pada tahap pandemi karena pasien COVID-19 jumlahnya terus meningkat, demikian juga kecemasan yang terkait.
Menurut Dokter Spesialis Kejiwaan RS Melinda 2, Teddy Hidayat, bagi masyarakat efek kesehatan mental COVID-19 sama pentingnya untuk diatasi seperti halnya efek kesehatan fisik dimana masyarakat merespon dan mengelola penyebaran COVID-19 dengan cara yang bebeda.
"Mereka yang kurang menanggapi ancaman, mungkin sedikit mempraktikkan kebersihan atau jika sakit tidak tinggal dirumah sehingga mempermudah penyebaran. Sebagian lagi merespon ancaman secara berlebihan,menjadi sangat cemas dan berusaha keras menjaga diri mereka tetap aman, mereka mungkin menjadi Xenofobik atau ketakutan yang irasional terhadap orang asing," ucapnya.
Teddy mengatakan, pasien COVID-19 dengan komorbiditas cemas atau depresi memerlukan pengelolaan yang menyeluruh termasuk kesehatan mental dan psikososialnya dimana intervensi psikososial pasien COVID-19 melalui pendampingan virtual oleh peer support dan art psychotheraphy diharapkan akan menurunkan tingkat kecemasan dan kesedihan, meningkatkan kekebalan tubuh yang akhirnya mengurangi kematian. 
"Melihat kenyataan masyarakat kita saat ini tengah prihatin dilanda darurat kemanusiaan pandemik COVID-19 yang menelan banyak korban dan menimbulkan kecemasan serta kepanikan," kata Teddy,Rabu (01/04/2020)
"Intervensi psikososial COVID-19 terutama bagi mereka yang menjalani isolasi,dianjurkan untuk melakukan beberapa hal, yaitu: 
1. Tetap terhubung dengan keluarga dan teman, disarankan bukan SMS tapi ke panggilan suara agar merasa lebih terhubung.
2. Melakukan hal yang disukai seperti mengaji,melukis, membaca atau musik.
3. Berlatih mengelola stres,latihan relaksasi,mindfulness atau pernapasan.
4. Tetap optimis, terus melihat ke depan, buat rencana selama enam bulan ke depan.