Urea sedang dibutuhkan mendesak di areal pesawahan Desa Bayurkidul Kecamatan Cilamaya Kulon di usia tanam yang sudah genap 10 hari. Meskipun di kabarkan sudah ada penambahan urea bersubsidi oleh Pemkab dan PT Pupuk Kujang, namun kenyataan dilapangan masih kosong di kios-kios SPJB. Bahkan, sempat di tawari urea non subsidi yang harganya selangit di atas subsidi, para petani "ogah" membelinya lantaran pesimis hasil panen bisa meraup harga gabah yang mahal. 

Pemerintah Desa Bayurkidul Saat Musyawarah Bersama Petani

Kades Bayurkidul H Darsono mengatakan,para petani di fasilitasinya bermusyawarah bersama penyuluh tani dan kelompok tani lainnya. Mereka, selain mengeluhkan masih banyaknya petani yang belum memiliki kartu tani sebagai media transaksi pembelian urea yang diberlakukan tahun depan, persoalan kelangkaan pupuk urea bersubsidi juga menjadi pertanyaan serius para petani. Menyusul, kelangkaan yang masih terjadi ini, mengancam pertanaman gagal tumbuh tanpa perangsang dari Urea ini jika lebih dari 10 Hari Setelah Tanam (HST). Bahkan, sebut Darsono, kios-kios masih kosong dengan pupuk urea subsidi, saat di suguhi urea non subsidi yang harganya Rp600 ribuan per kwintal, mereka enggan membelinya karena mahal dan di perkirakan tak sebanding dengan hasil produksi panen nanti. "Ada urea tapi non subsidi, lah gak seimbang sama harga gabah nantinya. Kareana urea jenis ini mahal, " Ujarnya.

Ia berharap, pemerintah bisa melangkah cepat distribusi penambahan urea bagi petani, sebab bagi mereka tidak mau tahu apapun prosedurnya, yang jelas saat tanam 10 hari, urea bersubsidi seharusnya sudah ada di kios-kios. Kemudian kiosnya nanti saat hendak di berlakukan transaksi via Kartu tani, tolong penuhi segera fasilitas mesin EDC. "Petani gak mau tahu alasan prosedur dan lainnya, yang penting bagi mereka saat pas mau di gunakan, urea subsidi ya ada, " Pintanya. (Rd)