Program Kampus Mengajar Angkatan 2 tahun 2021 akan segera dimulai pada 2 Agustus 2021. Sebanyak 22.000 mahasiswa telah lolos menjadi peserta Kampus Mengajar Angkatan 2 dan siap mengabdikan diri membantu proses pembelajaran di Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Sebelum para peserta diterjunkan ke sekolah, mereka diberikan pembekalan terlebih dahulu terkait pembelajaran literasi dan numerasi selama delapan hari.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menyampaikan terima kasih kepada para mahasiswa yang turut berkontribusi dalam program ini. “Terima Kasih sudah mendaftar program Kampus Mengajar. Ini luar biasa dan selamat atas keberhasilannya karena telah lulus seleksi. Ini bukan suatu seleksi yang mudah, karena ini juga bukan suatu aktivitas Kampus Merdeka yang mudah,” kata Mendikbudrisrek Nadiem, di Jakarta, Sabtu (31/7/2021).

Pada acara puncak pembekalan Kampus Mengajar Angkatan 2, Jumat (30/7) Nadiem menjelaskan, tujuan dari program ini adalah untuk membantu ketertinggalan bagi anak-anak sekolah di daerah tertinggal. Karena masa pandemi ini begitu banyak tantangan yang dihadapi terutama di daerah-daerah 3T dimana banyak dari mereka yang sangat sulit untuk melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Nantinya, para mahasiswa akan disebar ke 3.593 SD dan SMP di 491 kabupaten dan kota.

"Ini adalah kesempatan yang luar biasa untuk membantu anak-anak di dalam sekolah yang akan menjadi tempat mengajar nanti,” ungkapnya.

Nadiem berharap, para mahasiswa benar-benar mengikuti pembekalan atau pelatihan dengan sangat intensif selama delapan hari. Pelatihan ini, akan memberikan panduan bagaimana cara yang paling optimal untuk meningkatkan numerasi, literasi, dan juga pendidikan karakter.

Selain itu, Nadiem menyampaikan beberapa pesan kepada para mahasiswa. Yang pertama, agar para mahasiswa memberikan yang terbaik bagi murid-murid di SD dan SMP, dengan program yang telah dibuat. Kedua, Nadiem mendorong mahasiswa untuk tidak takut mengambil resiko dan berani mencoba hal-hal baru di dalam pekerjaan baik sekolah maupun di luar sekolah. Berinteraksi dengan guru-guru atau masyarakat sekitar, dan pergi ke tempat-tempat di desa tersebut.

"Dan yang terakhir have fun, pastikan bahwa pengalaman ini yang akan Anda kenang seumur hidup,” pungkasnya.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Paristiyanti Nurwardani mengungkapkan bahwa para mahasiswa sangat antusias dengan adanya program ini. Walaupun  terdapat banyak persyaratan dan berbagai tahapan seleksi, namun tak membuat surut semangat mahasiswa untuk tetap mendaftar. Ia pun memberikan nama khusus bagi mahasiswa Kampus Mengajar dengan sebutan mahasiswa Platinum. “Platinum itu adalah logam paling mahal di dunia, jadi adik-adik adalah generasi paling muda  dengan kualitas terbaik di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Mas Menteri sudah memberikan kepercayaan, jangan lupa untuk memberikan dedikasi dan integrasi untuk kampus mengajar," tutur Paris.

Selanjutnya, Paris berharap dengan adanya 22.000 mahasiswa ini diharapkan dapat memacu kreativitas adik-adik siswa. Reaksi dan kedekatan murid-murid menjadi indikator keberhasilan mahasiswa dalam mentransformasikan program Merdeka Belajar kepada adik-adik pelajar SD dan SMP.

“Kedekatan Anda dengan murid itu juga menjadi tolok ukur, apakah Anda punya dampak atau tidak,” ungkapnya.

Mahasiswa juga diharapkan dapat beradaptasi secara cepat dalam menghadapi rasa ketidaknyamanan karena budaya baru, bahasa baru, sosial ekonomi yang berbeda. Adaptasi atas ketidaknyamanan tersebut merupakan indikator bahwa para mahasiswa sedang belajar, bertumbuh, berevolusi sebagai orang dewasa muda.

“Jangan takut dengan rasa ketidaknyamanan, malah dirangkul rasa ketidaknyamanan itu karena dari situlah kita akan tumbuh sebagai orang baik dari sisi karakter atau dari sisi kompetensi kita,” jelasnya.(*Ts)