Pemerintah telah mengumumkan hasil seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Guru Tahap I pada 8 Oktober lalu. Hasilnya, ada 173.329 peserta seleksi kompetensi yang dinyatakan lulus PPPK Guru Tahap I.

Akan tetapi, di antara peserta yang tidak lulus seleksi PPPK Guru Tahap I, salah satunya diketahui merupakan guru honorer K2 beserdik dengan nilai tertinggi. Adapun penyebabnya adalah terkait masalah penetapan guru prioritas dan kurang prioritas.

Mendengar informasi tersebut, Syaiful Huda selaku Ketua Komisi X DPR langsung bergerak cepat. Ia mengungkapkan sudah mendapatkan jawaban atas persoalan yang menimpa Atep Lesmana selaku guru honorer K2 bersedik dengan nilai tertinggi, namun tidak lulus seleksi itu. "Ternyata Pak Atep itu bukan guru prioritas karena tidak mengajar di SDN 1 Nagrikidul," terang Syaiful, Selasa (12/10).

Lantas Syaiful menjelaskan bahwa untuk seleksi PPPK Guru Tahap I formasi kebutuhan guru sesuai yang diajukan Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta yang diajukan formasi hanya SDN I Nagrikidul. Sedangkan SDN 1 Nagrikaler tidak ada formasi untuk Atep Lesmana.

Lebih lanjut, Syaiful pun memberi contoh antara Atep dengan guru lainnya yakni Al Solihat. Ia membeberkan bahwa Atep meskipun mendapat nilai tertinggi, tetapi bukan asal dari induk sekolah yang ada formasi karena dari SDN I Nagrikaler. Sedangkan Al Solihat, meski tidak mendapat nilai setinggi Atep, tetapi karena berasal dari sekolah induk yang membuka formasi yakni SDN I Nagrikidul, maka wajar kalau Kemendikbudristek meluluskan Al Solihat.

Sementara itu, Atep membenarkan bahwa ia bukan lah guru induk. Akan tetapi, ia merasa heran atas ketidaklulusannya lantaran menurutnya, banyak guru non induk yang lulus PPPK Guru Tahap I.

"Makanya saya heran kok saya enggak lulus padahal nilai saya 711, sedangkan kawan saya nilainya 513 malah lulus," ungkap Atep seperti dilansir dari laman JPNN.com, Rabu (13/10). "Selain itu, teman-teman saya yang guru non induk banyak yang lulus kok." (***)