Peta politik di Kabupaten Karawang pasca Pemilu 2024 bakal berubah drastis. Hal itu diprediksi melalui hasil sementara dari perolehan suara dari para caleg dan hasil jumlah suara partai politik. Atas kondisi tersebut mengundang pendapat dari seorang pengamat sosial politik, Ramlan. (20/2/24).
Foto ilustrasi : Sidang paripurna DPRD Karawang

Banyak faktor menjadi penyebab gagalnya sejumlah legislator lama untuk kembali duduk di kursi empuk DPRD Karawang, jelas Ramlan saat di hubungi via telepon.

Selain dari perubahan jumlah kursi perdapil misal di Dapil 4 Karawang yang awal 8 menjadi 7 kursi, ada lagi faktor pendukung yang signifikan sekali yakni dibarengkannya pelaksannaan Pilpres dan Pileg di tahun 2024 sehingga para caleg kurang fokus dalam memperjuangkan suaranya sendiri (terganggu,red), jelasnya.

Dan yang sangat mencolok adalah sambungnya, faktor alam yakni hujan deras saat pemilu kemarin juga bisa dianggap menopang perubahan peta politik misal berkaitan tingkat kehadiran pemilih di setiap TPS, selain situasi lain banyak menghambat pergerakan dari caleg dan timses Caleg.

Setelah dicermati secara teliti, tidak ada gambarnya calon legislatif dalam surat suara juga menjadi penyumbang angka kegagalan para legislator lama karena banyak caleg dari legislator lama yang menjadi pendukungnya adalah mereka yang sudah berusia, (SDM dengan calistung,red) ditambah kurangnya sosialisasi dari KPU ke masyarakat, tegaskan Ramlan.

Saat disinggung banyaknya indikator penggunaan jasa serangan fajar, pengamat sosial politik ini mengungkapkan, tidak semua politik uang tepat sasaran atau berhasil bahkan cenderung gagal karena  pemilih yang menerima gayar dibawah rata -rata SDM (tua dan buta huruf,red) berakibat salah coblos atau merujuk coblos partai namun ada keberuntungan bagi caleg dengan nomor kecil.

Selanjutnya dijelaskan Ramlan, kabar maraknya politik uang dilakukan oleh "caleg tertentu" tidak bisa dibuktikan secara gamblang semalah tidak bisa dipertanggungjawabkannya walau beredar luas isu" Pileg 2024 di Karawang bisa ibaratkan semaraknya melebihi perjudian jual beli suara Pilkades", itu semua belum ada bukti dan saksi-saksi yang kuat, malah ada kesan para penerima gayaran pun turut bungkam.

Hal serangan fajar belum bisa disebut menjadi penyebab gagalnya legsilator lama mendulang suara. Disisi lain lagi masih banyak legislator kawakan bisa bertahan bahkan mendulang suara di dapilnya masing-masing dan tidak bisa pula disebutkan pendatang baru yang menang atau lolos akibat mengguakan serangan fajar, ungkapnya.

Faktor ektabilitas dan populeritas "seseorang" tetap menjadi senjata ampuh bagi caleg lama dan baru untuk bisa lolos, dan itu pasti berlaku untuk legislatior lama ataupun pendatang baru. Jangan beranggapan serangan fajar menjadi modal utama bisa lolosnya seorang caleg lama atau baru melainkan ada faktor siginfikan yakni ekstabilitas dan populeritas caleg selain dari daya juang para pendukung (timses), serta yang terakhir, adalah partai politik yang digunakan oleh caleg itu sendiri sangat berpengaruh sekali akan nasib para caleg secara umum, tegasnya.

Bahkan diakhir wawancara Ramlan menandaskan, tak sedikit caleg mendapatkan suara banyak namun kalah oleh seorang caleg yang mendapatkan suara lebih rendah dan bisa lolos ke kursi DPRD Karawang (sistem perhitungan,red), pungkasnya.(*)