Perkawinan usia anak disebut-sebut menjadi salah satu dari sekian banyak dampak perubahan iklim pada anak-anak. Penegasan itu disampaikan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.

Foto ilustrasi

Dikatakan, 2 dari 3 perkawinan usia anak terjadi di wilayah paling terkena dampak perubahan iklim. Itu merupakan hasil laporan dari Save the Children the Global Girlhood Report 2023.

“Kerawanan pangan sebagai dampak kekeringan berkontribusi pada kemiskinan. Serta mendorong peningkatan angka perkawinan anak dan prevalensi stunting,” kata Muhadjir dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Masih data yang sama, Indonesia menduduki posisi ke-46 dengan faktor iklim dan lingkungan pada tingkat keparahan sangat tinggi (8,1). Faktor kerentanan anak berada pada tingkat sedang (4,2) dan indeks risiko iklim anak-anak berada pada tingkat tinggi (6,5).

Save the Children menyebut krisis iklim dapat meningkatkan risiko kemiskinan dengan proporsi anak di bawah garis kemiskinan. Yakni sebesar 11,80 persen.

“Untuk itu kami ingin meningkatkan kesadaran untuk bersama-sama melakukan upaya. Memastikan bahwa hak-hak anak yang sekarang rawan akibat dampak krisis iklim itu bisa diatasi,” kata Plt CEO Save The Children Indonesia Dessy Kurwiany Ukar dalam Seminar Nasional Multi Sektor dan Kick-Off Aksi Generasi Iklim, Kamis (25/4/2024).(*)