Diam-Diam, AS Rayu China Soal Perang Dagang: Siapa Sebenarnya yang Panik?
Cina : Amerika Serikat diam-diam membuka jalur komunikasi dengan China untuk membahas kembali kesepakatan dagang yang selama ini menjadi pemicu ketegangan ekonomi global. Langkah mengejutkan ini dilaporkan oleh media yang terafiliasi dengan pemerintah China pada Kamis (1/5), yang mengungkap bahwa pejabat AS secara "proaktif" menghubungi Beijing melalui berbagai saluran komunikasi.
Menurut laporan dari Yuyuan Tantian, sebuah platform yang berada di bawah jaringan penyiaran negara China (CCTV), Washington telah mengajukan pembicaraan terkait tarif dagang yang diberlakukan secara luas sejak April lalu. AS diketahui memberlakukan tarif hukuman hingga 145% terhadap berbagai produk impor asal China. Sebagai balasan, Beijing juga mengenakan tarif balasan hingga 125% atas produk-produk Amerika.
Media tersebut menulis melalui platform sosial Weibo bahwa "dari sudut pandang negosiasi, saat ini pihak yang paling gelisah adalah Amerika Serikat", mengisyaratkan tekanan politik yang kian meningkat di dalam negeri terhadap pemerintahan Presiden Donald Trump.
Trump sendiri mengklaim bahwa China telah menunjukkan keinginan untuk berdialog. Dalam forum town hall bersama NewsNation pada Rabu(30/4) malam, ia menyebut ada "peluang sangat besar" untuk mencapai kesepakatan baru. Namun, ia menegaskan bahwa kesepakatan tersebut harus “berada dalam ketentuan kami” dan “adil bagi Amerika.”
Namun, pernyataan Trump belum dibenarkan oleh otoritas China. Pihak Beijing menepis bahwa ada negosiasi formal yang sedang berlangsung. Sebaliknya, mereka menegaskan bahwa komunikasi hanya bisa dilanjutkan apabila dilakukan dengan prinsip "adil, saling menghormati, dan timbal balik."
Sikap keras China juga terlihat dalam video terbaru yang diunggah Kementerian Luar Negeri Tiongkok pekan ini, dengan pesan tegas bahwa negara mereka “tidak akan pernah berlutut” menghadapi tekanan eksternal, sebuah sinyal kesiapan untuk menghadapi konflik dagang berkepanjangan jika diperlukan.
Sebagai latar belakang, nilai perdagangan bilateral AS-China mencapai lebih dari USD 582 miliar pada tahun 2024, dengan defisit perdagangan AS terhadap China sebesar USD 295 miliar. Ketimpangan ini masih menjadi sumber utama ketegangan antara dua raksasa ekonomi dunia tersebut.
Di tengah dinamika yang semakin panas, pertanyaan besar pun muncul: apakah AS benar-benar ingin berdamai, atau sekadar menyelamatkan wajah menjelang pemilu? (*)